MATERI

Meneladan Sifat Kasih & Kelembutan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wassalam

Berbagi yuks..

Oleh : Tasripan ( PAIF Kabupaten Semarang )

Sudah kita maklumi bersama bahwa Rasululloh Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam merupak uswatun hasanah bagi umat manusia. Banyak hal yang bisa diambil pelajaran dari setiap aktivitas kehidupan beliau. Keluhuran akhlak Nabi mendapat perhatian dari Allah dan diabadikan dalam surat Al-Qalam ayat 4, yakni:

وَاِنَّكَ لَعَلٰى خُلُقٍ عَظِيْمٍ

Artinya: Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung ( al-Qolam ayat 4)”

Pernyataan bahwa“Nabi Muhammad merupakan al-Quran yang hidup” bukan sekedar kalimat yang tak berdasar. Pada satu  riwayat  Sayyidah Aisyah ditanya oleh seseorang sahabat mengenai akhlak Rasul SAW.

يَا أُمَّ الْمُؤْمِنِينَ أَنْبِئِينِي عَنْ خُلُقِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَتْ: أَلَسْتَ تَقْرَأُ الْقُرْآنَ؟ قُلْتُ: بَلَى، قَالَتْ: فَإِنَّ خُلُقَ نَبِيِّ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ الْقُرْآنَ

“Wahai Ummu al-Mu’minin, beritahukanlah kepadaku tentang akhlaq rasulullah saw, maka Aisyah menanyainya kembali: apakah kamu tidak membaca al-Quran? maka aku menjawab: iya. Maka Aisyah menjawab : sesunggunnya akhlaq Rasaulullah saw ialah al-Quran” (HR. Muslim).

Maksud dari pernyataan Aisyah Ra di atas ialah bahwa Rasul SAW telah menjadikan perintah dan larangan al-Quran sebagai tabiat dan karakternya. Tiap ayat al-Quran memerintahkan sesuatu, maka beliau lakukan. Begitu pula sebaliknya apabila turun ayat yang bersifat larangan, maka beliau akan meninggalkannya. Demikian dijelaskan oleh Buya Hamka dalam tafsirnya.

Diantara akhlak terpuji serta sifat mulia yang Allah Shubhanahu wa ta’alla telah lekatkan pada Nabi -Nya, Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam ialah sifat kelembutan. Sebagaimana tertulis dalam Al Qur’an surah Ali Imron ayat 159 :

 فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ

Maka disebabkan rahmat dari Allah -lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu”.

Juga dalam surah at-Taubah ayat 128 :

لَقَدْ جَاۤءَكُمْ رَسُوْلٌ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ عَزِيْزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيْصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِيْنَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ

 “Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, Amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin”.

Imam al-Baghawi dalam tafsirnya Ma’alimut Tanzil mengutip salah satu pendapat ulama bahwa kasih sayang dan sikap santun Rasulullah tidak hanya kepada umat Islam yang taat saja, namun juga kepada mereka yang sering berdosa dengan banyak melakukan maksiat. Imam al-Baghawi mengatakan,

قِيْلَ رَؤُوْفٌ بِالْمُطِيْعِيْنَ رَحِيْمٌ بِالْمُذْنِبِيْنَ

 “Dikatakan (bahwa Rasulullah) penyantun kepada orang-orang yang taat, dan penyayang kepada orang-orang yang berdosa.”

Sehingga tidak heran bila salah satu ajaran yang beliau bawa juga berkaitan tentang sifat mulia ini. Hal ini disebutkan dalam sebuah hadits yang dibawakan oleh Al-Bukhari dan Imam Muslim dari Sayyidah Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau berkata, “Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:

إِنَّ اللَّهَ رَفِيقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ فِي الْأَمْرِ كُلِّهِ   [أخرجه البخاري ومسلم]

Artinya: “Sesungguhnya Allah Maha Lembut dan mencintai kelembutan dalam setiap urusan“. [HR Bukhari no: 6024, Muslim no: 2165].

Bukti Kelembutan Nabi Muhammad SAW

Salah satu bukti sifat lembut Baginda Nabi SAW diketahui setelah wafatnya beliau. Dimana Sahabat Abu Bakar Ash Shidiq (ayahanda Sayyidah Aisyah Ra) datang dan bertanya kepada putrinya (Aisyah Ra) tentang amalan Rasululloh yang belum dilakukannya. Ummahatul Mukminin Aisyah pun menceritakan bahwa Rasululloh selalu menyempatkan untuk mendatangi dan menyuapi seorang pengemis yahudi yang menetap di sudut kota madinah, dekat pasar.

Keesokan harinya Sahabat Abu Bakar mendatangi pengemis buta tersebut. Membawa makanan dan menyuapinya. Betapa terkejutnya beliau (Abu Bakar) karena ternyata si pengemis itu berteriak-teriak dan menyebut dengan lantang “Jangan pernah percaya dengan Muhammad, dia itu gila! Penyihir! Dan tukang bohong! Jauhi dia jika kau tak ingin terpengaruh olehnya”. Sambil menahan amarah karena telah menjelek-jelekkan Rasul, Abu Bakar tetap menyuapinya. Rupanya si pengemis juga merasakan hal yang berbeda dan berkata “siapa kau ? kau bukan orang yang selalu menyuapiku makanan”. “Aku orang yang biasanya” kata seseorang tersebut.“Tidak, bukan kau orangnya. Apabila dia yang dulu datang, maka tak susah tangan ini memegang dan tak payah mulutku mengunyah. Dia selalu menghaluskan terlebih dahulu makanan yang akan masuk ke mulutku,” sangkal si pengemis.

Orang tersebut kemudian tertegun dan mulai menangis terisak-isak. Kemudian berkata “Memang benar katamu, bahwa aku bukanlah orang yang biasa memberi dan menyuapimu makanan. Karena orang yang kau maksud itu kini telah wafat. Dan aku tidak bisa selemah lembut dia”

“Ketahuilah, bahwa aku ini salah satu sahabatnya, namaku Abu Bakar Ash-Siddiq. Aku hanya ingin melanjutkan amalan yang ditinggalkan oleh orang tersebut. Aku tidak ingin melawatkan satu amalan pun setelah kepergiannya” Lanjut seseorang tersebut yang ternyata Abu Bakar.

“Kau tahu siapa orang yang aku maksud ? Dialah Rasulullah Muhammad SAW yang selalu kau caci maki itu. Orang yang selalu kau benci dan beri sumpah serapah. Dia orang yang sama yang selalu memberi dan menyuapimu makanan setiap hari” kata Abu Bakar sambil terisak.

“Istrinya Aisyah memberi tahuku bahwa Rasulullah SAW selalu pergi berkunjung ke pasar dengan membawa makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang berada di sini” pungkas Abu Bakar.

Pengemis tersebut tertegun dan mulai meneteskan air matanya dengan deras. Ia baru tersadar bahwa orang yang dibenci dan difitnah selama ini adalah orang yang selalu menemani dan menyuapinya makanan setiap hari.

“Selama ini aku telah menghina, memfitnah, bahkan saat Muhammad ada di sampingku sedang menyuapiku. Tapi tidak pernah ia memarahiku, malah dengan sabar melembutkan makanan yang disuapkan ke mulutku. Begitu mulianya Dia.” , kata pengemis buta.

Pengemis tersebut merasa hina dan bersalah atas semua ucapan dan tindakannya itu. Dia menyesali semua perbuatannya. Akhirnya si pengemis buta berikrar syahadat di hadapan Abu Bakar Ash-Siddiq. Maasyaa Allah.

Hikmah

Dari kisah tersebut dapat diketahui bahwa Nabi Muhammad SAW merupakan pribadi yang mulia dan luhur. Rasululloh SAW memiliki sifat sabar yang luar biasa, dengan bukti tidak membalas makian dari pengemis tersebut,.

Beliau juga memiliki sifat lemah lembut, meski tahu bahwa pengemis tersebut selalu menghinanya, namun Rasululloh SAW tetap menyuapinya bahkan menghaluskan makanannya terlebih dahulu.

Sungguh, seluruh kisah kehidupan Rasululloh SAW senantiasa menjadi suri tauladan untuk umat manusia. Semoga Alloh SWT selalu memberikan keberkahan dan kekuatan pada  kita untuk bisa meneladani akhlak luhur beliau. Aamiin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *