Gus Gandrung angkat Moderasi Beragama di PAI Award Jawa Tengah Tahun 2024
Jawa Tengah ( Moderanesia.com ) -Kegiatan Penyuluh Agama Islam (PAI) Award 2024 Tingkat Jawa Tengah dilaksanakan Senin-Rabu (5-8/5/2024) di Hotel Grand Wahid Kota Salatiga diikuti oleh 24 peserta setelah melalui seleksi terlebih dahulu dari Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Jawa Tengah.
Dijelaskannya, Kegiatan ini di ikuti oleh 24 peserta setelah melalui seleksi terlebih dahulu dari Kantor Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah melalui Video Presentasi, Video Bimbingan Kepenyuluhan, Karya Tulis Ilmiah dan Portofolio. Terdapat delapan kategori penghargaan pada PAI Award tahun ini, yaitu Peningkatan Literasi Al-Qur’an, Pendampingan Kelompok Rentan, Kesehatan Masyarakat, Pemberdayaan Ekonomi Umat, Penegakan Hukum, Pelestarian Lingkungan, Metode Penyuluhan Baru dan Penguatan Moderasi Beragama.
Kategori Moderasi Beragama (MB) diikuti 3 peserta yakni Syarif Hidayatullah dari Kota Semarang, Nurul Zuliawati dari Kab. Wonogiri dan Mc Mifrohul Hana dari Kabupaten Kudus mendapatkan jadwal terakhir yakni pukul 20.30 – 21.00. Karya Tulis Ilmiah yang diangkat adalah Kampung Moderasi Beragama Desa Tanjungkarang Kecamatan Jati Kabupaten Kudus Provinsi Jawa Tengah.
Mc Mifrohul Hana atau panggilan akrabnya Gus Gandrung (Gus Gandulan Sarung) menyampaikan kondisi sebelum dan sesudah dirinya berdakwah di Tanjungkarang Kecamatan Jati Kabupaten Kudus
“Di Desa Tanjungkarang terdapat beberapa pemeluk agama yang berbeda dan kadang masih ada konflik ini yang menjadi keprihatinan saya untuk merukunkan mereka. Pada Tahun 2017 setelah komunikasi dengan tokoh agama dan tokoh Masyarakat setempat dibentuklah Forum Kerukunan Umat Beragama dan mulailah dilaksanakan sosialisasi Moderasi Beragama oleh Penyuluh Agama”, tuturnya.
Runer Up PAI Award Jawa Tengah ini menyampaikan bahwa toleransi beragama di Desa Tanjungkarang bukanlah sekadar basa-basi, melainkan toleransi yang hakiki. Umat beragama dari tiga Agama yang berbeda di Desa tersebut mampu hidup berdampingan dengan rukun dan damai.
“Mereka saling berkunjung saat hari raya masing-masing agama dan saling membantu saat ada hajatan. Kegiatan gotong-royong di Desa itu juga dilaksanakan tanpa membedakan agama, seperti saat mendirikan rumah. Saat ada lek-lekan orang meninggal, mereka berbaur di rumah sohibul musibah. Saat kemari nada banjir di Kudus pihak Gereja membuka diri menjadi tempat pengungsian”, terangnya.
Mifrohul Hana juga aktif dalam menulis tentang moderasi beragama, ada kurang lebih 16 buku dimana dalam bukunya tersebut dirinya mencontohkan dan memberi suri tauladan tokoh-tokoh Islam di Kudus yang selalu toleran kepada semua orang, tidak membeda-bedakan dengan yang lain.