Berbagi yuks..

Kasih Ibu Sepanjang Waktu

Oleh : Wajihudin (PAIF Wonosobo)

Ketika seorang perempuan memperoleh anugerah seorang anak, ia mendapatkan tanggung jawab lebih besar dalam hidupnya. Ia menjadi seorang ibu. Dan setiap anak yang dilahirkannya merupakan pribadi unik yang berasal dari kuasa Allah sehingga harus diasuh sesuai dengan kehendakNya.

Sesederhana apapun seorang ibu, tidak ada yang mampu menggantikan ketulusan, kasih sayang dan kelemahlembutannya. Teknologi yang paling canggih sekalipun mustahil menggantikannya.

Dalam bahasa Yunani terdapat kata “phileoteknos” yang secara khusus menyatakan kasih-ibu. Ide yang terkandung dalam kata ini antara lain “lebih menyukai, memperhatikan, mengembangtumbuhkan, memeluk dengan kasih sayang, berteman dengan lemah lembut dan mencukupi kebutuhan anak-anak.” Maka, tugas seorang ibu dan kebaktian seorang anak kepadanya merupakan dua hal universal.

Demikian halnya, kita harus melihat kasih-ibu sebagai tanggung jawab dan karenanya anak wajib berbakti kepada ibu. Menurut Rasulullah saw. perbuatan baik kepada ibu harus didahulukan daripada yang lain; dan kedurhakaan kepada ibu (orangtua) merupakan dosa yang sangat besar (al-kabáir).

Memang, tidak semua perempuan mendapatkan anugerah menjadi ibu secara biologis. Namun, mereka yang diberkahi Tuhan untuk menjadi ibu harus menerima tanggung jawab itu dengan serius. Ibu harus menjaga dan memperhatikan anak mulai dari dalam kandungan sampai dewasa. Ibu memiliki peranan yang unik dan krusial dalam hidup anak-anak. Menjadi ibu adalah tugas yang panjang, berat dan sangat melelahkan (Q.S.Luqman[31]:14), tetapi menyenangkan dan bernilai jihad fi sabilillah.

Menilik sejarah ‘keibuan’, seorang ibu menjadi perantara bagi anak-anaknya dalam memperoleh rezeki yang sangat bagus berupa kesehatan jiwa, kewarasan pikiran, cahaya akal, kebersihan hati dan ketenangan jiwa.

Ibu digambarkan sebagai sosok paling dekat dan nyata dalam kehidupan seorang manusia. Ibu adalah sahabat sejati. Hanya ibu yang tetap bersama kita dalam semua kesusahan, kesedihan dan saat tergelap dalam hidup kita.

Semua itu bersumber dari hati seorang ibu yang memahami tugas keibuan baik karena naluri maupun kitabiyah. Pandangan Jean Fleming terhadap seorang ibu dalam buku Mother’s Heart menunjukkan bahwa hati seorang ibu harus dipenuhi dengan firman Allah dan cara pandang kitabiyah agar mampu menerima dan melaksanakan amanat keibuan.Tanpa pandangan ini, seorang ibu tidak akan berperan mentransmisikan kasih Allah secara optimal.

Dalam konteks inilah, seorang ibu tidak sekadar melahirkan. Betapapun secara naluri melahirkan juga menumbuhkan kasih sayang. Akan tetapi ibu juga berperan penting mengembangtumbuhkan kejiwaan anak-anak. Maka, bisa dimengerti apabila seorang ibu sangat dianjurkan berada di rumah (Q.S.Al-Ahzab[33]:33) dengan maksud agar memberikan pendidikan yang optimal kepada anak-anaknya atau menjadi madarash (tempat belajar) bagi anak-anak.

Tentu saja, keberadaan ibu di rumah mengalami relaksasi pemahaman sesuai dengan perkembangan zaman. Ada banyak perempuan yang beperan dalam ranah publik, sehingga “membatasi” peran domestiknya. Meskipun sekolah mustahil menggantikan peran ibu, namun setidaknya lembaga pendidikan dengan guru-guru yang taat kepada Allah dan rasulNya, niscaya dapat menumbuhkan jiwa kitabiyah anak-anak. Lembaga pendidikan seharusnya sangat membantu menghadirkan hati seorang ibu.

Dan dalam situasi di mana teknologi seolah-olah merampas peran ibu, maka sangat penting mengrobankan diri dan jihad fi sabilillah. Di antaranya adalah :
Pertama, Selalu bersedia mendampingi anak; baik pagi, siang, maupun malam. Kehadiran seorang ibu sangat berarti bagi anak-anaknya (Q.S. Ali Imran[3]:42; Al-Mukminun[16]:8,9,12-13; Maryam[19]:22-26). Hal ini diperlukan untuk mengajarkan berulang-ulang nilai-nilai dan membicarakan apa saja yang terjadi dalam kehidupan anak-anaknya.

Kedua, Berinteraksi, berdiskusi, bermain dan bersabar mendidik anak. Mengajak anak berinteraksi dan terlibat satu sama lain dalam aktivitas sehari-hari dengan penuh kasih sayang. Sesekali mengajak anak berdiskusi sambil mengajar mereka tentang kehidupan yang sesuai dengan Firman Allah serta mencontohkan kesetiakwanan, kepedulian, ketakwaan dan takut kepada Allah (Q.S. At-Tahrim[55]:6).

Ketiga, Mengajarkan Kitab Suci dan pandangan dunia yang kitabiyah kepada anak Seorang ibu dapat mengajarkan, menuntun dan menemukan kekuatan serta mendukung anak-anak dalam mengembangkan keterampilannya. Karena ayah lebih indentik dengan bekerja di luar rumah (Q.S. Al-Baqarah[2] :233 ; An-Nisa[4] :34), maka ibu menjadi satu-satunya sosok yang lebih memperhatikan hal ini dengan baik.

Keempat, Membesarkan anak dan menyediakan lingkungan yang mendukung, penuh penerimaan, kemesraan, dan kasih yang tanpa syarat. Mendisiplinkan anak dan mengajarkan takut terhadap Tuhan, menentukan batas sistem nilai secara konsisten, penuh kasih dan ketegasan. Seorang ibu mendidik apa yang pantas bagi mereka, sehingga mereka tidak akan menyimpang dari jalan yang telah diajarkan ibunya.

Kelima, Menjadi teladan bagi anak. Apa yang diajarkan kepada mereka harus terlebih dahulu sudah dijalankan. Misalnya kebiasaan doa, salat dan membaca Kitab Suci. Siapa pun baik perilakunya niscaya aman perjalanan hidupnya, tetap siapa pun yang menyimpang jalannya, niscaya akan sesat. Rasulullah saw. menyatakan, “Tiada yang lebih mencelakakan selain budi pekerti yang buruk.” (HR. Bukhari).

Rumah adalah zona integritas pertama dalam kehidupan anak-anak. Mereka akan belajar keserakahan, kebohongan, kelicikan dan sesat hidup lainnya mula-mula dari rumah. Segala sesuatu berawal dari rumah (anything begins the home).

Maka, sekalipun peranan keibuan berubah dan berkembang, kasih, perhatian, perawatan, dan dorongan yang harus diberikan ibu jangan pernah berakhir. Bersama ayah, seorang ibu harus menanamkan kebenaran firman Tuhan kepada anak secara berulang-ulang, Tujuannya adalah anak-anak didewasakan dalam “ajaran dan nasihat Tuhan”. Ini merupakan tanggung jawab orang tua, termasuk para ibu. Agar anak tidak menyimpang dari jalan Tuhan, ayah dan ibu harus mendidik anak sesuai kebenaran firman Tuhan.