70 Penyuluh Agama Islam Se Jawa Tengah ikuti Penguatan Moderasi Beragama
Jateng (Moderanesia.com) – Kanwil Kemenag Provinsi Jawa Tengah Bidang Penaiszawa adakan Penguatan Moderasi Beragama bagi Penyuluh Agama Islam. Acara dibuka Ka Kanwil, Mustain Ahmad pada Rabu (29/3) di Metro Park View Hotel Semarang.
Saat membuka acara, Mustain mengajak kepada seluruh peserta untuk menggambarkan sebuah pohon besar dengan 3 akar yang kuat dan 4 dahan yang berdaun lebat. Pohon besar digambarkan sebagai moderasi itu sendiri. Sementara 3 akar yang kuat adalah akhlak sebagian akar di sebelah kanan, akidah sebagai akar di bagian tengah dan syari’ah sebagai akar bagian kanan.
“Kita dapati ada sekelompok orang yang menggembar-gemborkan syari’ah tanpa mengindahkan akhlak. Sebaliknya, ada pula sekelompok orang yang mengedepankan akhlak tapi tanpa syari’at,” papar Mustain. Maksudnya kita harus kembali kepada pohon besarnya. Yaitu moderasi sebagai pemahaman tawasut dalam beragama.
Sementara 4 dahan pohon adalah indikator keberagamaan yang moderat. Adapun indikatornya adalah komitmen kebangsaan, toleransi, anti kekerasan dan penerimaan terhadap tradisi.
Komitmen kebangsaan adalah penerimaan terhadap prinsip-prinsip berbangsa yang tertuang dalam konstitusi UUD 1945 dan regulasi yang ada. Sementara toleransi adalah menghormati perbedaan dan memberi ruang siapapun untuk berkeyakinan, mengekspresikan keyakinannya dan menyampaikan pendapat. Anti kekerasan adalah sikap untuk menolak tindakan seseorang atau kelompok tertentu yang menggunakan cara-cara kekerasan dalam mengusung perubahan yang diinginkan.
Orang yang moderat, lanjut Mustain adalah sikap penerimaan terhadap tradisi, yakni ramah dalam penerimaan tradisi dan budaya lokal dalam berperilaku keagamaannya sejauh tidak bertentangan dengan pokok ajaran agama.
Kegiatan ini dilaksanakan selama 3 hari. Peserta terdiri dari para penyuluh agama, baik penyuluh fungsional maupun penyuluh non PNS dari berbagai kabupaten/kota di Jawa Tengah sebanyak 70 orang.
Ahmad Syalabi, selaku ketua panitia dalam sambutannya mengatakan bahwa tujuan kegiatan ini dilaksanakan adalah menguatkan kapasitas kompetensi bagi penyuluh untuk menjaga kehidupan berbangsa. Dengan demikian penyuluh memiliki tanggungjawab bagi Kerukunan Umat beragama di negeri ini.
“Beban moral penyuluh sekarang begitu berat. Selain berkiprah di dunia nyata, tantangan yang dihadapi adalah kiprahnya di dunia maya. Jangan sampai kelompok-kelompok anti moderasi menguasai jagad media online. Penyuluh harus mengimbangi mereka agar masyarakat mendapatkan pencerahan secara proporsional,” terang Syalabi.
Selama 3 hari, peserta akan dibekali materi dari berbagai narasumber yang kompeten. Diantaranya dari Kanwil Kemenag, Dewan Masjid Indonesia, Kesbangpol, Pimpinan Wilayah NU dan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah. (fiq)