Penyuluh Agama Andil Hantarkan Kota Semarang Naik Peringkat IKT 2023
Kars Semarang ( Moderanesia.com ) – Dalam rangka membangun ekosistem toleransi, Setara Institute pada tahun ini kembali menggelar peluncuran dan penghargaan yang ke tujuh kaiinya yaitu Indeks Kota Toleran atau IKT. Dalam event ini, kembali Kota Semarang meraih kenaikan peringkat yang pada tahun 2022 yang lalu pada posisi tujuh saat ini tahun 2023 menjadi kelima. “Ini adalah buah dari peran kita semua seluruh warga masyarakat”, kata Syarif Hidayatullah selaku Sekretaris FKUB dan juga penyuluh agama pada Kantor Kementerian Agama Kota Semarang, Selasa (30/1/2024).
Event yang digelar di Hotel Grand Sahid Jakarta ini mengundang 10 besar Kota yang meraih nilai tertinggi dalam IKT 2023 ini dan lebih spesialnya dari tahun kemarin di tahun ini ada penghargaan khusus bagi kepemimpinan toleransi terbaik, penyusun regulasi toleransi terbaik dan kabupaten perintis pengukuran indeks toleransi mandiri.
“Kami diundang oleh Setara Institute sebagai 10 besar peraih nilai indeks tertinggi dari 94 kota yang diukur dan spesialnya pada tahun ini juga ada pemberian penghargaan kepemimpinan toleransi terbaik, penyusun regulasi toleransi terbaik dan kabupaten perintis pengukuran indeks toleransi mandiri”, terang Syarif.
Kota Semarang salah satunya, yang naik peringkat kelima dengan meraik skor 6.230 tukar tempat dengan Kota Kediri yang turun ke peringkat tujuh, imbuhnya.
Urutan kota tersebut yang dimulai dengan nilai terbaik adalah Singkawang, Bekasi, Salatiga, Manado, Semarang, Magelang, Kediri, Sukabumi, Kupang dan Surakarta.
Sedangkan penghargaan khusus diberikan kepada Bogor sebagai kepemimpinan terbaik penggerak toleransi yang mampu naik peringkat dari urutan 94 pada tahun 2015 saat ini menjadi urutan 12. Penghargaan khusus lainnya diraih Banjarmasin yang getol menyusun regulasi terkait toleransi serta Muara Enim sebagai kabupaten yang merintis pengukuran indeks toleransinya.
Naiknya peringkat Kota Semarang tidak lepas dari peran penyuluh agama yang berhasil selain sebagai pelopor moderasi beragama juga membentuk kampung moderasi beragama di dua kelurahan.
“Alhamdulillah, saat peluncuran ini, narasi yang disampaikan oleh setara disebutkan salah satu indikatornya adalah terbentuknya kampung moderasi beragama, ada kepastian tidak adanya hambatan saat mengurus legalitas formal rumah ibadat, adanya akselerasi dalam menyemai moderasi beragama dan wawasan kebangsaan pada tingkat kelurahan serta akselerasi seluruh elemen masyarakat untuk menumbuhkan kenyamaan dan kebebasan hak untuk beribadah”, papar Syarif.
Ini tentunya patut menjadi inspirasi bagi profesi penyuluh agama yang ternyata mampu menjadi peran kunci dalam menjalan program Kementerian Agama sehingga berdampak pada masyarakat di wilayah kerjanya.