Kambali Torehkan Prestasi Gemilang: Juara 1 Penyuluh Agama Islam Award Kategori Pendampingan Disabilitas Sensorik Netra
Jateng (Moderanresia.com) – Semangat dakwah yang tak mengenal batas kembali menginspirasi lewat sosok Kambali, S.Sos.I., seorang Penyuluh Agama Islam yang berhasil meraih Juara 1 dalam ajang Penyuluh Agama Islam Award 2025 yang diselenggarakan oleh Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah.
Penghargaan prestisius ini diraihnya dalam kategori Pendampingan Kelompok Rentan – Disabilitas Sensorik Netra, sebuah kategori yang menyoroti kiprah para Penyuluh Agama dalam memberikan layanan dakwah inklusif bagi saudara-saudara penyandang tunanetra. Di tengah kompleksitas tantangan sosial dan keterbatasan akses informasi religius yang dialami penyandang disabilitas netra, Kambali hadir sebagai jembatan yang menghadirkan harapan, cahaya, dan semangat hidup melalui pendekatan keagamaan yang membumi.
Kambali dikenal luas di komunitasnya sebagai penyuluh yang tidak hanya berdakwah dengan kata-kata, tetapi juga dengan keteladanan, empati, dan kesabaran. Dalam setiap aktivitasnya, ia tidak sekadar menyampaikan ceramah agama, melainkan juga menciptakan ruang belajar spiritual yang ramah dan mudah diakses oleh penyandang disabilitas netra.
Ia menginisiasi program pelatihan membaca Al-Qur’an Braille, menyediakan rekaman ceramah dalam bentuk audio digital, hingga mengadakan kajian tematik berbasis pengalaman hidup para penyandang tunanetra serta pelatihan enterpreneur. Tak jarang, ia mendatangi rumah-rumah secara personal untuk memberi bimbingan satu per satu, agar tidak ada yang merasa tertinggal dalam mendapatkan bimbingan rohani.
“Bagi saya, setiap manusia adalah cermin dari kebesaran Alloh SWT. Meskipun mereka tidak melihat dunia secara visual, mereka mampu melihat dengan hati yang lebih tajam. Tugas saya hanya membantu mereka agar cahaya iman itu terus menyala,” ujar Kambali usai menerima penghargaan.
Keberhasilan Kambali bukanlah hasil kerja semalam. Selama bertahun-tahun, ia tekun membangun kepercayaan dan koneksi dengan komunitas disabilitas netra di wilayahnya. Ia menggandeng lembaga sosial, komunitas Braille, serta relawan mahasiswa untuk menciptakan ekosistem dakwah inklusif. Bahkan, dalam beberapa kesempatan, Kambali melibatkan penyandang disabilitas netra sebagai narasumber dan motivator dalam kegiatan keagamaan untuk menumbuhkan rasa percaya diri dan menghapus stigma sosial.
Program-programnya tidak hanya berdampak spiritual, tetapi juga membangun mental dan kemandirian. Beberapa binaannya kini telah menjadi penggerak lokal dakwah inklusif di lingkungannya masing-masing.
Dakwah yang dilakukan Kambali adalah representasi nyata dari semangat Islam rahmatan lil ‘alamin, Islam yang hadir membawa kasih sayang, menguatkan yang lemah, dan menyentuh yang terpinggirkan. Penyuluh Agama seperti Kambali adalah wajah baru dari dakwah Islam yang kita harapkan: inklusif, humanis, dan penuh kepedulian. Ini adalah dakwah yang bukan hanya bermanfaat secara spiritual, tapi juga sosial.
Penghargaan ini bukan hanya kemenangan pribadi bagi Kambali, melainkan simbol keberhasilan dari sebuah pendekatan dakwah yang berfokus pada keadilan akses rohani. Ia membuktikan bahwa keterbatasan fisik bukanlah halangan untuk meraih kedekatan dengan Tuhan, dan bahwa penyuluh agama memiliki peran penting dalam menciptakan masyarakat yang inklusif dan berkeadaban.
Kambali berharap prestasi ini dapat menjadi semangat baru bagi para penyuluh agama lainnya di seluruh Indonesia untuk tidak ragu mengambil peran dalam mendampingi kelompok rentan, termasuk penyandang disabilitas.
Dengan prestasi gemilang ini, Kambali tak hanya mengharumkan nama pribadi dan daerahnya, tetapi juga menegaskan bahwa ketulusan dan kepedulian adalah inti dari dakwah sejati.