Penyuluh Agama Kini Melek Digital, Kemenag Rembang Dorong Dakwah Ramah Lewat Konten Kreatif
Kars Pati (Moderanesia.com) – Layar ponsel menyala di tangan para penyuluh. Bukan untuk menggulir berita atau pesan pribadi, tapi untuk menyusun narasi dakwah dalam bentuk video berdurasi singkat. Selasa (29/4/2025) pagi itu, di sebuah rumah makan berlatar sawah hijau di Pancur, Kabupaten Rembang, para penyuluh agama Islam belajar menjadi kreator konten digital.
Bimas Islam Kementerian Agama Kabupaten Rembang menggelar Pelatihan Pembuatan Konten Kreatif Penyuluhan, menghadirkan 39 penyuluh agama dari berbagai kecamatan. Pelatihan ini tak sekadar memperkenalkan aplikasi edit video seperti CapCut dan Canva, tetapi juga mengubah paradigma dakwah—dari mimbar ke media sosial.
“Inilah wajah baru penyuluh agama—bukan hanya berceramah, tapi juga bercerita lewat konten yang relevan dan menarik,” ujar Asmui, narasumber utama pelatihan yang juga jurnalis Radio Citra Bahari FM sekaligus Sekretaris Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Rembang 2023–2026.
Asmui membimbing peserta membuat video reels untuk Instagram, TikTok, dan Facebook. Ia menekankan pentingnya membangun ekosistem saling dukung antarpenyuluh agar konten mereka lebih luas menjangkau masyarakat. “Like dan komentar bukan sekadar formalitas, tapi penguat jangkauan dakwah,” katanya.
Transformasi Digital Dakwah
Pelatihan dibuka oleh Pelaksana Harian Kepala Kemenag Rembang, H. Sya’dullah, M.Si., yang menyebut penyuluh sebagai ujung tombak institusi dalam menyampaikan nilai-nilai Islam yang damai dan program-program kementerian. Di hadapan peserta, ia menyampaikan pentingnya transformasi digital dalam metode penyuluhan.
“Pola pikir dan komunikasi masyarakat sudah berubah. Kalau kita masih menyampaikan dakwah dengan cara lama, kita akan tertinggal. Maka, konten dakwah pun harus instan, padat, menarik, tapi tetap mendalam,” ucap Sya’dullah.
Ia juga mengingatkan tantangan lain yang tak kalah penting: kecepatan arus informasi yang kerap tak terverifikasi. Dalam lanskap digital ini, penyuluh dituntut tidak hanya kreatif, tetapi juga cermat dan bertanggung jawab.
Harapan dan Langkah Lanjut
Kasi Bimas Islam Kemenag Rembang, Sarip, S.Pd.I., menyebut pelatihan ini sebagai langkah awal membentuk komunitas penyuluh digital yang aktif, produktif, dan adaptif terhadap perkembangan zaman. “Kita tidak bisa menolak perubahan, tapi bisa mengarahkannya. Media sosial bukan musuh, tapi medium dakwah yang sangat potensial,” katanya.
Di akhir pelatihan, para peserta mencoba membuat konten perdana mereka. Beberapa mengambil video acara pelatihan sebagai bahan untuk membuat video reel. Hari itu, semangat baru menyala di gawai para penyuluh. Dari layar kecil, mereka siap menyebar pesan besar: Islam yang damai, adaptif, dan menyapa masyarakat lewat jari dan cahaya.
Labib Humam