BERITAKars Semarang

Penyuluh Sosialisasi Anti Diskriminasi dan Bulliying di Binus School Semarang

Berbagi yuks..

Kars Semarang (Moderanesia.com) – Diskriminasi sejatinya merupakan perilaku yang menentang kekuasaan Tuhan, oleh karenanya harus dilawan. Penanaman anti diskriminasi tersebut harus dimulai sejak dini, baik itu kepada yang berbeda etnik, suku, bangsa maupun agama, agar negara kita Indonesia dapat langgeng terjaga harmoninya, tutur Syarif Hidayatullah, selaku Penyuluh Agama pada Kantor Kementerian Agama Kota Semarang saat menjadi narasumber dalam kegiatan Faith Fest di Binus School Semarang pada Jumat (23/05/2025) kemarin.

“Tuhan menciptakan berbagai etnik, ras dan suku bangsa merupakan hak prerogatif Tuhan dan kita tidak bisa intervensi atau memilih. Kita harus tunduk dengan Kuasa Tuhan dalam penciptaan tersebut. Maka siapapun yang melakukan diskriminasi atas hal itu, berarti sama saja menentang Tuhan. Pasti dan pasti Tuhan akan menghukumnya tanpa pandang bulu dari suku mana, etnik apa dan agamanya”, tegas Ketua Pengurus Daerah Ikatan Penyuluh Agama Kota Semarang tersebut.

Dalam kegiatan yang diikuti oleh 200 siswa SMP dan SMA Binus tersebut diawali dengan pemutaran video dalam youtube berjudul KTP yang menceritakan adanya diskriminasi terhadap fasilitas pendataan bagi penganut penghayat kepercayaan di Indonesia. Oleh karenanya Syarif memberikan pemahaman awal terkait tayangan tersebut.

“Bahwa sejak 17 November 2017, setelah ketetapan dari Mahkamah Konstitusi, para penganut Penghayat Kepercayaan mempunyai hak untuk mencantumkannya keyakinannya di kolom KTP”, ungkap Syarif.

“Sampai saat ini, ada 523 orang penganut Penghayat Kepercayaan di Kota Semarang yang telah mendapatkan haknya tersebut, sehingga besok saat sensus penduduk pada 2030 harapannya Badan Pusat Statistik dapat menambahkan kolom registernya, tidak hanya lima agama plus lain-lain, tetapi bisa ditambahkan kolom enam agama, meliputi Islam, Katholik, Kristen, Buddha, Hindu, Konghucu dan Penghayat Kepercayaan baru kemudian kolom lain-lain”, imbuhnya.

Syarif melanjutkan perlunya kegiatan seperti ini terus dijalankan kepada para pelajar guna menyongsong Indonesia Emas 2045.

“Indonesia Emas akan terwujud salah satunya dengan menyemai moderasi beragama, sehingga NKRI bisa tetap bertahan berabad abad lamanya seperti Majapahit, Sriwijaya, Kutai Kartanegara dan sebagainya, ini semua tergantung kepada pelajar saat ini dengan memupuk toleransi, inklusi dan tidak diskriminatif serta mencegah bulliying”, pungkasnya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *