Khutbah Jum’at: Tiga Tingkat Keimanan
Oleh : Muhammad Zainur Rakhman (PAIF Kab. Banyumas)
اَلْحَمْدُ للهِ اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْ لَا أَنْ هَدَانَا اللهُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ اِرْغَامًا لِمَنْ جَحَدَ بِهِ وَكَفَرَ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَمَوْلَانَا مُحمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ الْخَلَائِقِ وَالْبَشَرِ. اللّهُمَّ صَلِّ وسَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإِحْسانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أمَّا بَعْدُ
فيا عِبَادَ اللهِ اِتَّقُوْا اللهَ وَرَاقِبُوْا مُرَاقَبَةَ مَنْ يَعْلَمُ أَنَّهُ يَرَاهُ. وَاعْلَمُوْا أَنَّهُ لَا يَضُرُّ وَلَا يَنْفَعُ وَلَا يُعْطِيْ وَلَا يَمْنَعُ سِوَاهُ. قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
Ma’asyiral Muslimin wa Zumrotal Mu’minin Rahimakumullah,
Di sini kami berwasiat untuk pribadi kami sendiri dan pada hadirin sekalian. Marilah kita senantiasa meningkatkan takwa kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan selalu berusaha melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya.
Hadirin, iman menjadi salah satu dasar kepercayaan bagi pemeluk agama Islam. Ketetapan tersebut disebutkan dalam firman Allah QS An Nisa ayat 136 :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا آمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي نَزَّلَ عَلَىٰ رَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي أَنْزَلَ مِنْ قَبْلُ ۚ وَمَنْ يَكْفُرْ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا بَعِيدًا
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah, Rasul-Nya dan kepada kitab (Al Quran) yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.”
فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِيْمَانِ, قَالَ : أَنْ تُؤْمِنَ أَنْ بِاللهِ, وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ, وَرُسُلِهِ, وَالْيَوْمِ الآخِرِ, وَ تُؤْمِنَ بِالْقَدْرِ خَيْرِهِ وَ شَرِّهِ
Artinya: “Beritahukanlah kepadaku apa itu iman.” Rasulullah menjawab, “Iman itu artinya engkau beriman kepada Allah, para malaikat-malaikat Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan kamu beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk.” (HR. Muslim).
Iman menurut istilah disebut sebagai keyakinan bulat yang dibenarkan oleh hati, diikrarkan oleh lidah, dan dimanifestasikan dengan amalan atau pembenaran dengan penuh keyakinan. Tanpa adanya sedikit pun keraguan mengenai ajaran yang datang dari Allah dan Rasulullah SAW.
Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa seseorang dinyatakan beriman bukan hanya percaya terhadap sesuatu, melainkan kepercayaan itu mendorongkannya untuk mengucapkan dan melakukan sesuatu sesuai dengan keyakinan. Sebab itu, iman bukan hanya dipercayai atau diucapkan melainkan juga untuk menyatu dalam diri seseorang yang dibuktikan dalam perbuatannya.
Hulu dari keimanan terletak di dalam hati, meskipun iman juga tidak sempurna jika tidak diwujudkan dalam kata dan perbuatan. Posisi ini menjadikan iman juga terkait dengan jiwa dan kepribadian. Artinya, keimanan tumbuh dan berkembang sebagaimana perkembangan jiwa dan kepribadian. Oleh karena itu, keimanan bisa dikategorikan menjadi tiga tingkatan: keimanan kanak-kanak, keimanan remaja atau anak muda, dan keimanan yang dewasa.
Keimanan kanak-kanak, merupakan jenis keimanan pemula. Ciri khasnya, sebagimana kanak-kanak, yaitu menerima tanpa perlu bertanya, mengikuti tanpa perlu mengetahui apa dan kenapa. Dorongan keimanan jenis ini lebih dikarenakan terciptanya situasi dan kondisi yang mendukung keimanan tersebut, contohnya karena keturunan. Orang yang berada dalam keluarga muslim yang taat, maka secara otomatis dia akan terkondisi menjadi muslim, beriman dengan keimanan yang didukung oleh lingkungannya. Sifat dari keimanan kanak-kanak senantiasa menyukai gemerlap dan keriuhan. Maka, keimanan jenis ini sangat terbantu dengan perayaan, ritus-ritus yang melibatkan massa yang banyak, disemarakkan dengan makanan, juga musik dan tarian.
Keimanan jenis ini sangat terbantu dengan asesoris khas keagamaan dan kultur yang berciri khas keimanan tersebut. Kelemahan dari keimanan jenis ini adalah mudah tercerabut dan hilang manakala situasi dan kondisi yang mendukungnya juga tidak ada atau sedikit berubah. Keimanan kanak-kanak ini juga mudah tertipu oleh simbol-simbol dan kesan lahiriah. Keimanan ini, meskipun paling rentan dan secara kualitas berada di grade terbawah, namun keimanan jenis ini tidak berbahaya, dan relatif aman, asalkan situasi dan kondisi yang mendukung keimanan ini selalu terjaga dan tercipta sebaik-baiknya.
Jamaah Jum’at Yang Berbahagia,
Keimanan berikutnya adalah keimanan remaja. Sebagaimana anak muda yang penuh rasa ingin tahu, keimanan jenis ini tumbuh pada mereka yang mulai bertanya, mulai belajar, mulai menindak-lanjuti rasa ingin tahu dengan keberanian berpetualang mencari kebenaran. Maka, keimanan jenis ini akan sangat rentan kepada sikap-sikap ekstrim, baik ekstrim beriman atau sebaliknya, ekstrim kehilangan iman (atheis atau agnostik). Keimanan jenis remaja ini berciri pada sudah adanya ilmu meski sedikit dan sudah adanya ghirah untuk berjuang atas nama iman. Maka dia akan sangat bersemangat dalam keimanannya, menunjukkan kebanggaan akan imannya pada dunia dan tak hanya terhenti pada simbol tetapi juga mulai merambah pada substansi dari simbol-simbol tersebut.
Keimanan jenis ini karena sudah mulai terbentuk identitas, maka mulai muncul fanatisme dan pembedaan dari yang lain iman. Titik ekstrimnya adalah berjuang atas nama imannya, dengan segala cara, meskipun bertentangan dengan imannya itu sendiri. Orang-orang yang intoleran, terorisme, tumbuh subur pada keimanan jenis ini. Di sisi ekstrim yang lain, orang-orang liberal, agnostik, atheis, dan anti agama juga munculnya dari keimanan jenis ini. Maka, keimanan jenis ini harus terus ditindaklanjuti dengan belajar terus dan tidak terhenti pada satu perspektif. Seseorang dengan keimanan jenis ini harus terus menuntaskan belajarnya, tidak terburu-buru mengambil kesimpulan sehingga keimanannya akan naik menjadi iman yang dewasa.
Jamaah Jum’at Yang Dimuliakan Allah,
Terakhir, keimanan yang dewasa adalah bentuk keimanan yang sudah matang. Sebagaimana orang dewasa, keimanan ini adalah iman yang paripurna. Seseorang dengan keimanan ini telah berada di puncak pencarian dan telah menemukan kesejatian. Bentuk keimanannya tentu substantif, tetapi juga tidak meremehkan simbol. Sudah tidak ada lagi fanatisme dan kebanggaan berlebihan. Tidak ada perasaan kebenaran tunggal sebagaimana keimanan remaja. Tidak juga ada suatu semangat yang meluap-luap untuk berjuang atas nama imannya. Semua dijalani dengan santai dan tenang. Ibarat secangkir kopi, adukannya sudah terhenti, serbuknya sudah demikian mengendap dan kopinya sudah terseduh matang secara sempurna.
Seseorang yang imannya dewasa tidak akan tersinggung dengan iman yang lain. Tidak ada lagi keinginan untuk mengungguli golongan lain. Tidak juga motif menunjukkan imannya dengan penciptaan kesan kesan lahiriah (pencitraan). Perjuangan iman sudah berorientasi ke dalam. Oleh karena itu, pada jenis keimanan yang dewasa inilah seseorang memulai suluknya (perjalanan batin menuju Tuhan).
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبِّلَ الله مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَاالسَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أقُوْلُ قَوْلِي هَذا وَأسْتَغْفِرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ لَيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ