ARTIKELRefleksi

Bahagia dengan Bersyukur

Berbagi yuks..

Oleh : Nur Budi Handayani (PAIF Kab. Temanggung)

Moderanesia.com – Kebahagiaan adalah impian dan kebutuhan asasi setiap insan. Setiap orang bisa jadi mempunyai konsep yang berbeda tentang makna bahagia. Ada yang memaknai kebahagian dengan orientasi keduniawian, ada yang memaknai kebahagiaan dengan orientasi ukhrowi, ada juga yang keduanya. Namun ketika seseorang sedang berbahagia, bisa dipastikan energi  positif yang dirasakan tidak jauh berbeda.

Kebahagiaan secara umum adalah adalah suatu keadaaan pikiran atau perasaan yang ditandai dengan kecukupan hingga kesenangan, cinta, kepuasan, kecukupan, kenikmatan atau kegembiraaan yang intens. Sementara definisi bahagia dalam kacamata taasawuf, menurut Imam Al-Ghazali, dalam Ihya Ulumuddin, merupakan sebuah kondisi spiritual, saat manusia berada dalam satu puncak ketakwaan. Bahagia merupakan kenikmatan dari Allah SWT. Kebahagiaan itu adalah manifestasi berharga dari mengingat Allah.

Jika konsep bahagia adalah rasa kecukupan dan kesenangan, maka yang akan merusak kebahagiaan adalah rasa kekurangan dan ketidaksenangan. Oleh karena itu ketika kita ingin selalu bahagia , salah satu kuncinya adalah dengan senantiasa merasa cukup dan menerima dengan senang setiap kondisi yang kita hadapi, atau dalam konsep Islam disebut bersyukur. Sebagai hamba, tidak alasan untuk tidak bersyukur. Karena sejatinya nikmat yang telah diberikan oleh Allah kepada kita sangat banyak hitungannya. Ketika kita bersyukur pada dasarnya kita sedang menyejahterakan diri sendiri. Allah SWT berfirman dalam QS. Ibrahim (14): 7 yang artinya :

‘’ Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.
Bersyukur bukanlah sesuatu yang pasif dalam menerima dan menjalani setiap kondisi. Bersyukur adalah sesuatu yaang aktif, karena Allah memberi semua anugerah agar dimanfaatkan secara optimal. Maka ketika kita bersyukur, segenap upaya lahir dan batin kita kerahkan untuk memanfaatkan setiap nikmat sesuai kehendak Allah SWT. Bersyukur dengan tanpa membandingkan apakah nikmat yang kita terima lebih banyak atau lebih sedikit dibanding nikmat yang diterima orang lain. Tanpa mengeluh apakah jalan hidup yang kita lalui lebih sulit atau lebih rumit dari orang lain. Dengan begitu kita akan menjadi pribadi yang pandai bersyukur, pribadi yang bahagia.Wallahu a’lam bissawwab.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *