Cap Go Meh, Penyuluh Semarang Kunjungi Makam dan Tokoh Muslim Tionghoa
Semarang (Moderanesia.com) – Dalam rangka menumbuhkan kesetaraan dengan saudara etnik Tionghoa sekaligus menghormati Tahun Baru Imlek dan Cap Go Meh 2023, Penyuluh Agama Islam Kota Semarang mengadakan rangkaian kegiatan yaitu berziarah ke makam Soen An Ing dan Silaturahmi kepada sesepuh Muslim Tionghoa yang bergabung dalam organisasi PITI pada Selasa (7/2/2023) kemarin.
Ziarah ke makam tersebut dalam rangka mendoakan sekaligus mengingat bagaimana perjuangan para penyiar agama Islam pendahulu kami di Kota Semarang, tutur Ricky Wasito, selaku Ketua Pokjaluh.
Soen An Ing atau sering disebut dengan Sunan Kuning merupakan tokoh penyiar agama Islam di Kota Semarang yang tercatat hidup pada tahun 1740 Masehi. Selain itu, beliau juga dikenal sebagai ahli pengobatan.
Setelah selesai berziarah, para penyuluh melanjutkan dengan bersilaturahmi dengan sesepuh muslim Tionghoa yaitu H. Gautama dan sekaligus juga bertemu dengan Ketua PITI yaitu Pak Agus di Kompleks Perumahan Bumi Srondol Indah Semarang.
PITI yang merupakan kepanjangan dari Persatuan Islam Tionghoa Indonesia merupakan organisasi yang didirikan pada 14 April 1961 yang lalu itu saat ini di Kota Semarang memiliki jumlah anggota sekitar 125 orang.
“Tidak banyak sih anggota PITI, ya sekitar 125 orang”, terang Pak Agus.
Selain itu dari jumlah tersebut terbagi menjadi tiga kategori yaitu anggota biasa, anggota kehormatan dan anggota istimewa.
“Dari keanggotaan ada tiga bagian, sebagian disebut anggota biasa yang terdiri dari muslim tionghoa, anggota kehormatan yang terdiri dari warga Tionghoa yang belum muslim atau simpatisan dan anggota istimewa yang terdiri dari warga muslim bukan etnik Tionghoa, imbuh Agus.
Sebagai upaya untuk mengangkat eksistensinya, muslim Tionghoa sangat mendambakan memiliki masjid di sekitar kawasan Pecinan Semarang.
“Sesungguhnya kami ingin sekali ada masjid bisa berdiri di kawasan Pecinan agar lebih eksis sebagai upaya menarik saudara-saudara muslim kami di etnik Tionghoa yang masih malu menujukkan agamanya”, papar H. Gautama, selaku sesepuh Muslim Tionghoa.
Adanya “curhatan” dari pengurus PITI tersebut, para penyuluh agama tergerak hatinya untuk menjalin kerjasama dalam bidang dakwah, sekaligus ingin terlibat jauh dalam pembinaan muallaf bagi warga Tionghoa yang telah masuk Islam.
“Meskipun sudah terjalin hubungan dengan Rumah Muallaf, kami para penyuluh agama siap untuk jemput bola dalam pembinaan muallaf selanjutnya”, beber Ricky.
Terkait pendirian masjid, penyuluh pun siap membantu, baik dalam mencarikan tempat fasos di sekitar pecinan dan legalitas formalnya.
“InsyaAllah untuk proses mencarikan lokasi ketersediaan aset untuk fasos rumah ibadat, kami siap membantu”, kata Syarif selaku penyuluh juga sekretaris FKUB. (sy)