ARTIKELRefleksi

Penghormatan Atas Kemanusiaan

Berbagi yuks..

Oleh : Mahsun, S.Ag. M.Si. (Wakil Ketua Rumah Muallaf MUI Kab. Temanggung)

Moderanesia.com – Setiap hari di area depan Masjid Agung Payaman Magelang hampir selalu dipenuhi parkir kendaraan mobil, bus dan motor para peziarah waliyullah Romo Agung yang maqbarahnya berada tepat di sebelah barat masjid.

KH Siradj Payaman Magelang atau Mbah Siradj yang populer dengan panggilan Romo Agung merupakan ulama besar yang dikenal kepahlawan dan kewaliannya. Sebagian epik kepahlawanan sang waliyullah sangat lekat dalam babad bambu runcing Parakan Temanggung dan perang Ambarawa. 

Dalam konteks ke-Indonesia-an saat ini, kita diberikan warisan yang sangat ampuh. Apa itu? Sang Kyai Sepuh yang sangat disegani oleh Belanda pada jamannya ini menyontohkan laku kerukunan dan penghormatan kemanusiaan di tengah konsidi keberagamaan masyarakat yang multiagama dan multibudaya.

Terkisahkan,  pada satu waktu ada orang Tionghoa sowan menemui Mbah Siradj, memohon bantuan agar beliau berkenan menyalatkan jenazah bapaknya [tamu Tionghoa itu] yang kebetulan nonmuslim. Singkat kata, di luar dugaan, Mbah Siradj memenuhi permintaan itu dengan syarat disediakan tempat khusus untuk beliau dan jamaahnya. Selain itu, juga minta disediakan waktu khusus sekitar jam satu siang. Kemudian tibalah waktu yang ditentukan, Mbah Siradj shalat bersama santrinya, namun dilakukan dengan tata cara shalat biasa, bukan shalat jenazah.

Selesai shalat, ada yang menanyakan hal tersebut. Mbah Siradj memberikan jawaban dengan kalimat yang tidak menghakimi akan tetapi menyatakan alasan karena jenazah ini tidak pernah shalat, maka shalatnya lengkap memakai ruku dan sujud.

Dari kisah singkat ini dapat kita tangkap pesan bahwa Mbah Siradj sedang memberi contoh penghormatan kemanusiaan tanpa melanggar syariat agama. Beliau dan para santri sesungguhnya mengerjakan shalat dzuhur, bukan shalat jenazah. Pesan dari teladan ini, kebijaksanaan memilih bentuk komunikasi sosial merupakan kunci dari kerukunan sosial.

Kisah lain sebagaimana dikutip oleh Dr Yusuf Qardhawi, Pada suatu hari, Rasulullah Saw sedang ditemani banyak sahabat. Tiba-tiba, lewat jenazah diantar menuju ke pemakaman. Rasulullah berdiri, seperti memberi hormat. Disampaikan kepada beliau bahwa jenazah itu orang Yahudi, tak pantas memperoleh penghormatan. Namun, Nabi balik bertanya, “Alaisat nafsan (bukankah ia juga manusia)?” (HR Bukhari dan Muslim).

Dari dua cerita di atas, jelas bahwa kerukunan adalah buah dari sikap menghormati dan menghargai adanya perbedaan-perbedaan, baik pendapat, pemikiran, agama, dan adat istiada (budaya). Kerukunan dimaknai sebagai upaya membangun hubungan yang baik dengan sesama manusia. Penghormatan Nabi Muhammad saw kepada jenazah Yahudi dan Mbah Siradj kepada jenazah nasrani dilakukan semata-mata karena kemanusiaannya.

Wallahu a`lam!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *