The Power of Tersenyum
Oleh: Badrudin, S.Ag. MH. (Kasi Bimas Islam Kab. Jepara)
Moderanesia.com – Senyum adalah sedekah yang paling mudah. Selain bernilai ibadah, senyum juga dapat memupuk hubungan baik antar sesama manusia. Senyum merupakan ekspresi keceriaan batin seseorang. Setiap Muslim yang telah dialiri keimanan dari ladang amal kebaikannya akan menumbuhkan kebahagiaan serta kedamaian hakiki (Hayyah Thoyyibah). Ini karena jiwa yang diterangi oleh cahaya kebenaran, tulus ikhlas menerima, pasrah dan tunduk mengikuti bimbingan Sang Maha Pencipta, Allah SWT, sebagaimana janji-Nya:
مَنْ عَمِلَ صَٰلِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ
Artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” (QS. An Nahl:97)
Salah satu figur penebar kebaikan dan senyuman adalah Rasulullah SAW. Beliau dikenal dengan sosok yang murah senyum, selalu ceria, dan berkata baik. Hal ini sesuai dengan apa yang diceritakan oleh Sahabat Jarir bin Abdillah:
مَا رَآنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُنْذُ أَسلَمْتُ إِلَّا تَبَّسَم فِي وَجْهِي
Artinya: “Rasulullah tidak pernah melihatku sejak aku masuk islam, kecuali beliau tersenyum” (HR. Bukhari)
Kekuatan senyuman bila dikelola dengan baik akan mengalahkan canggihnya senapan, pistol atau pedang sekalipun. Banyak pedang yang urung dihunuskan, rasa amarah hilang terpadamkan dan kebencian surut menjadi cinta serta kesetiaan hanya dengan satu senyum tulus.
Sejarah mencatat, bagaimana ketika Baginda Rasulullah SAW sedang melaksanakan Thawaf di Baitullah Al Haram, tiba-tiba seorang pemuda mendekatinya dengan perlahan dan mengendap-endap. Ada gelagat wajah yang tidak tenang pada pemuda itu. Ada rasa kebencian yang dipendam dalam hatinya dan berkeinginan untuk mencelakai Baginda Nabi. Bahkan berniat untuk membunuhnya. Pemuda itu adalah Fadlalah bin “Umair. Setelah jaraknya dengan Nabi semakin mendekat, Baginda Nabi menyapa dia dengan ramah: “ Bukankah engkau Fadlalah?” Setelah mendapat sapaan dari Baginda Nabi seperti itu, hati Fadlalah menjadi ciut, dan menjawab:”Benar ya Rasulullah”. “Apa yang engkau pikirkan dan hendak engkau rencanakan dalam hatimu?” tanya Baginda Nabi. Fadlalah dengan gugup menjawab:” Tidak ada, aku sedang berdzikir kepada Allah”. Mendengar jawaban seperti itu Baginda tersenyum lalu bersabda:”Beristigfarlah kepada Allah”, sambil tangan mulia Rasulullah menyentuh dada Fadlalah, sehingga damailah hati Fadlalah. Hilang kebencian yang membara di hatinya dan mengurungkan niat untuk membunuh Nabi Muhammad SAW. Setelah kejadian itu Fadlalah berkata:”Demi Allah, tidaklah Baginda mengangkat tangannya dari dadaku, sehingga tak satupun makhluk Allah yang lebih aku cintai darinya”.
Ada juga kisah, Syaibah bin Utsman bin Thalhah, yang ayah dan pamannya terbunuh saat Perang Uhud. Suatu ketika ia bersama pasukan Quraisy pergi menuju Hawazin di Hunain. Ia berniat untuk membalas dendam kematian keluarganya dengan membunuh Baginda Nabi. Dia teramat benci kepada Rasululloh Shallaallahu’alaihi wasallam, dan bersumpah tidak akan sudi menjadi pengikutnya.
Dengan ketangkasan dan dendam yang membara, dia berhasil menyusup dan mendekat kepada Nabi Muhammad. Dihunuskan pedangnya seraya mendekat, ketika pedang diangkat hampir saja mengenai jasad Baginda Nabi. Tiba-tiba sekilas cahaya api berkelebat di wajah mulia Rasululloh SAW, membuatnya kaget dan ketakutan. Secara reflek Syaibah menutup wajah dengan kedua tangannya. Belum hilang rasa kaget dan takutnya, ia mendengar ada seseorang memanggil namanya, “Wahai Syaibah, mendekatlah padaku!” Saat membuka matanya ternyata orang itu adalah Baginda Nabi dan dengan segala rasa tunduk dia mendekat. Sekali lagi, senyuman tulus disertai mengusap dada Syaibah, beliau berdo’a:”Ya Allah, lindungilah ia dari syetan.” Dendam kesumat Syaibah pun menjadi hilang tak berbekas. Rasul Muhammad berkata kepadanya:”Mendekatlah kepadaku dan berperanglah.” Sekejap Syaibah berdiri di posisi depan dan menjadi prajurit yang siap melindungi Rasululloh Shallaallahu’alaihi wasallam.
Syaibah bersumpah, mulai saat itu dia siap menjadi tameng bagi keselamatan Nabi Muhammad SAW. Bahkan berikrar tak ada lagi yang lebih ia cintai selain Baginda Nabi SAW.
Subhanallah, betapa hebatnya efektivitas senyum. Senyum yang lahir dari ketulusan dan dikelola oleh kekuatan iman. Dahsyatnya luar biasa, hingga benar-benar bisa mengalahkan amarah, kebencian, dendam kesumat bahkan tajamnya pedang.
Di era sekarang, dimana banyak pendapat mengatakan bahwa dengan materi yang dimilikinya, akan bisa menyelesaikan permasalahan hidup. Ini merupakan cara berpikir yang jauh dari bimbingan iman. Baginda Nabi bersabda seperti riwayat dari Abu Hurairoh:
إنَّكُمْ لَا تَسَعُونَ النَّاسَ بِأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ لِيَسَعْهُمْ مِنْكُمْ بَسْطُ الْوَجْهِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ
Artinya: “Sesungguhnya kalian tidak bisa menarik hati manusia dengan harta kalian. Akan tetapi kalian bisa menarik hati mereka dengan wajah berseri dan akhlak yang mulia” (HR. Al Hakim)
Mari hiasi hidup ini dengan tersenyum. Senyum tulus yang merupakan pantulan dari kokohnya iman. Amin.