Perniagaan Yang Tak Merugi
Oleh : Mohammad Kholafi, PAIF Kota Magelang
Teks Ayat
اِنَّ الَّذِيْنَ يَتْلُوْنَ كِتٰبَ اللّٰهِ وَاَقَامُوا الصَّلٰوةَ وَاَنْفَقُوْا مِمَّا رَزَقْنٰهُمْ سِرًّا وَّعَلَانِيَةً يَّرْجُوْنَ تِجَارَةً لَّنْ تَبُوْرَۙ لِيُوَفِّيَهُمْ اُجُوْرَهُمْ وَيَزِيْدَهُمْ مِّنْ فَضْلِهٖۗ اِنَّهٗ غَفُوْرٌ شَكُوْرٌ
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca Kitab Allah (Al-Qur’an), menegakkan salat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepadanya secara sembunyi-sembunyi dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perdagangan yang tidak akan pernah rugi. (Demikian itu) agar Allah menyempurnakan pahala mereka dan menambah karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.” (Q.S. Fathir: 29 – 30)
Penjelasan
Pada dua ayat di atas, Allah menerangkan tiga perniagaan yang tidak akan merugi apabila dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, yaitu:
- Membaca Al Qur’an
- Mendirikan shalat
- Menafkahkan sebagian rizki yang diberikan Allah baik secara rahasia maupun terang-terangan.
Mengapa tiga hal ini disebut perniagaan oleh Allah? Karena apabila dilakukan seakan-akan kita berniaga dengan Allah dan Allah berjanji akan memberikan keuntungan yang besar. Keuntungan tersebut diwujudkan dengan menyempurnakan pahalanya. Satu berpahala sepuluh, atau berpahala tujuh ratus atau bahkan keuntungan itu dilipat gandakan hingga tak dapat dihitung nilainya. Di samping pahala yang sempurna, juga akan ditambah dengan karunia lain yang tidak terbayang sebelumnya.
Fadhilah Membaca Al Qur’an
- Salah satu tanda keimanan kepada al-Qur’an adalah dengan membacanya. Hal ini ditegaskan oleh Allah:
اَلَّذِيْنَ اٰتَيْنٰهُمُ الْكِتٰبَ يَتْلُوْنَهٗ حَقَّ تِلَاوَتِهٖۗ اُولٰۤىِٕكَ يُؤْمِنُوْنَ بِهٖ ۗ
“Orang-orang yang telah Kami berikan Al Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, mereka itu beriman kepadanya…” (Q.S. al-Baqarah: 121)
- Merupakan seutama-utamanya ibadah
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sabdanya menjelaskan:
– أَفْضَلُ عِبَادَةِ أُمَّتِي تِلاَوَةُ الْقُرْآنِ
“Seutama-utama ibadah umatku ialah membaca al-Qur’an.” (H.R. al-Baihaqi)
- Allah mengharamkan api neraka atas orang yang membaca dan mengamalkan kandungan ayatnya,
مَنء قَرَأَ الْقُرْآنَ يَقُوْمُ بِهِ آناَءَ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ يُحِلُّ حَلاَلَهُ وَ يُحَرِّمُ حَرَامَهُ حَرَّمَ اللهُ لَحْمَهُ وَدَمَهُ عَلَى النَّارِ
“Barangsiapa membaca al-Qur’an dan berdiri dengan membacanya pada sebagian malam dan sebagian siang, dia menghalalkan apa yang dihalalkan al-Qur’an dan mengharamkan apa yang diharamkan al-Qur’an, niscaya Allah mengharamkan dagingnya dan darahnya atas api neraka.” (H.R. Ibnu Majah)
Dan masih banyak lagi keutamaan bagi para pembaca, penghafal dan yang mengamalkan isi Al Qur’an. Beberapa lagi diantaranya yakni:
- Pembaca Al-Qur’an ditempatkan di dalam shaf orang-orang yang utama dan tinggi.
- Pembaca Al-Qur’an memperoleh kebajikan dari tiap-tiap huruf yang dibacanya dan bertambah tinggi derajatnya di sisi Allah sebanyak kebajikan yang diperolehnya.
- Pembaca Al-Qur’an dinaungi dengan payung rahmat, dikelilingi oleh para malaikat dan diturunkan Allah kepadanya ketenangan dan kewaspadaan.
- Pembaca Al-Qur’an hatinya dicemerlangkan oleh Allah dan dipelihara dari kegelapan.Dipelihara nama baiknya, disegani dan dicintai oleh orang-orang shalih. Apabila ia memperbagus bacaan dan hapalannya, maka akan dapat mencapai derajat malaikat.
- Pembaca Al-Qur’an tidak akan gundah hatinya di hari kiamat karena senantiasa dalam pemeliharaan dan penjagaan Allah., memperoleh kemuliaan dan diberikan rahmat kepada bapak ibunya.
- Pembaca Al-Qur’an memperoleh kedudukan yang tingg di dalam surga dan derajat seperti yang diingini oleh orang-orang yang shalih. Juga ditemani dan dikelilingi oleh para malaikat, semuanya mendoakan dan memohonkan ampun serta derajat yang tinggi.
- Pembaca Al-Qur’an terlepas dari kesusahan-kesusahan akhirat., termasuk orang yang dekat kepada Allah dan berada dalam rombongan orang-orang yang mengiringi Allah di hari kiamat.
Fadhilah Mendirikan Shalat
Sholat merupakan rukun Islam kedua dan menjadi tiang agama. Hal ini karena shalat merupakan salah satu hak Allah dalam tauhid uluhiyah sebagai Rabb yang disembah. Oleh karenanya mempunyai fadhilah yang besar.
Shalat adalah kunci diterima atau tidaknya semua amal manusia. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
– أَوَّلُ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ الصَّلاَةُ يُنْظَرُ فِي صَلاَتِهِ فَإِنْ صَلُحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ. وَإِنْ فَسَدَتْ خَابَ وَخَسِرَ
“Amal yang pertama kali dihisab dari amalan seorang hamba pada hari kiamat adalah shalatnya. Diperhatikan benar-benar shalatnya, maka jika shalatnya baik, berbahagialah dia, dan jika shalatnya rusak, rugilah dia dan sia-sialah usahanya.” (H.R. Thabrani)
Imam Ahmad dalam sebuah nasehat kepada putranya, Abdullah pernah berkata: “Hai anakku Abdullah, Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam telah menegaskan dalam sebuah hadits bahwa tidak ada keberuntungan sama sekali dalam Islam untuk orang yang meninggalkan shalat. Hai anakku, Umar bin Khaththab pernah mengirim surat peringatan kepada semua wali negeri, di dalamnya beliau berkata, “Hai semua wali negeri, sesungguhnya tugas yang aku pandang penting adalah shalat. Maka barangsiapa memelihara shalat, niscaya dia telah memelihara agamanya. Orang yang mensia-siakan shalat maka yang selain shalat pasti lebih dia sia-siakan. Tidak ada bagian apa-apa dalam Islam orang yang meninggalkan shalat.” Karena itu hai Abdullah, orang yang memudah-mudahkan shalat dan meremehkannya berarti memudah-mudahkan dan meremehkan Islam. Keberuntungan seorang manusia dalam Islam adalah menurut keberuntungan yang mereka peroleh dari shalat. Kesenangan mereka kepada Islam adalah menurut kesenangan mereka kepada shalat. Ingatlah hai Abdullah dan waspadalah, dan jangan sampai kamu menjumpai Allah dalam keadaan idak menghargai Islam. Kadar penghargaan yang diberikan seseorang kepada Islam adalah sekedar harga shalat dalam jiwanya.”
Ali bin Abi Thalib berkata: “Barangsiapa dari tetangga mesjid mendengar seruan adzan lalu dia tidak memenuhinya sedang dia dalam keadaan sehat, tidak ada udzur maka tidak shalat baginya.” (Ahmad)
Abu Hurairah berkata: “Penuhnya kedua telinga anak Adam dengan timah yang dicairkan itu lebih baik baginya dari mendengar adzan kemudian tidak memenuhinya.” (Ahmad)
Fadhilah Berinfak
Kata infak atau nafkah identic dengan pemberian harta. Sehingga yang dimaksud rizki dalam konteks ayat ini berkaitan dengan harta baik berupa uang, makanan pokok dan yang sejenisnya.. Bagi setiap orang yang menginginkan ridla Allah, harta bukanlah menjadi tujuan tetapi akan dijadikan sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan sekedarnya di dunia. Dan terlebih lagi akan digunakan untuk meningkatkan derajat di akherat.
Barangsiapa yang menggunakan harta untuk hal tersebut maka adanya harta di tangannya pasti akan membawa kebaikan untuk dirinya dan masyarakat seluruhnya. Tetapi barangsiapa yang menjadikannya tujuan, sebagai kelezatan yang diimpi-impikan, maka harta pasti akan menyebabkan pemiliknya mendapat kerusakan.
- Berinfak merupakan amal yang dicintai Allah Subhanahu wa Ta’ala
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
خُلُقَانِ يُحِبُّهُمَا اللهُ تَعَالَى حُسْنُ الْخُلُقِ وَالسَّخَاءُ وَخُلُقَانِ يُنْغِضُهُمَا اللهُ سُوْءُ الْخُلُقِ وَالْبُخْلُ وَإِذَا أَرَاءَ اللهُ بِعَبْدٍ خَيْرًا اِسْتَعْمَلَهُ فِي قَضَاءِ – حَوَائِجِ النَّاسِ
“Dua budi pekerti yang dicintai Allah adalah akhlak yang baik dan kedermawanan. Dan dua budi pekerti yang dibenci Allah adalah akhlak yang buruk dan bakhil. Apabila Allah menghendaki seorang hamba menjadi orang yang baik maka orang tersebut dijadikan jalan oleh Allah untuk memenuhi kebutuhan orang banyak.” (H.R. Ad-Dailami)
- Dekat dengan Allah, dicintai manusia dan dekat dengan surga
إِنَّ السَّخِيَّ قَرِيبٌ مِنْ اللهِ قَرِيبٌ مِنْ النَّاسِ قَرِيبٌ مِنْ الْجَنَّةِ بَعِيدٌ مِنْ النَّارِ وَإِنَّ الْبَخِيلَ بَعِيدٌ مِنْ اللهِ بَعِيدٌ مِنْ النَّاسِ بَعِيدٌ مِنْ الْجَنَّةِ قَرِيبٌ مِنْ – النَّارِ وَجَاهِلٌ سَخِيٌّ أَحَبُّ إِلَى اللهِ مِنْ عَالِمٍ بَخِيلٍ وَادَوَأُ الدَّاءِ البُخْلُ –
“Sesungguhnya orang yang dermawan itu dekat kepada Allah, dekat kepada manusia, dekat kepada surga, jauh dari neraka. Sesungguhnya orang yang kikir itu jauh dari Allah, jauh dari manusia, jauh dari surga, dekat kepada neraka. Orang yang bodoh yang dermawan itu lebih dicintai oleh Allah daripada orang alim yang kikir. Penyakit yang paling berbahaya adalah kikir.” (H.R. Tirmidzi)
Berikut ini perkataan dari beberapa sahabat mengenai dahsyatnya berinfak atau bersedekah dengan harta. Sahabat Ibnu Mas’ud radliyallahu ‘anhu berkata: “Bahwa seorang laki-laki telah beribadah selama tujuh puluh tahun kemudian dia melakukan perbuatan keji maka binasalah semua amalnya. Kemdian dia melewati seorang miskin, maka dia bersedekah kepadanya dengan sepotong roti. Maka semua dosanya diampuni oleh Allah dan dikembalikan kepadanya semua amalnya yang tujuh puluh tahun itu.”
Ubaid bin Umar radliyallahu ‘anhu berkata: “Dikumpulkan semua manusia pada hari kiamat dalam keadaan lapar yang belum pernah dirasakannya sama sekali. Dalam keadaan haus yang belum pernah dirasakannya sama sekali. Dan dalam keadaan tidak berpakaian yang belum pernah mereka alami. Maka barangsiapa memberikan makanan karena Allah, niscaya Allah akan mengenyangkannya. Barangsiapa memberi minum karena Allah maka Allah akan memberinya minuman. Dan barangsiapa memberi pakaian karena Allah maka Allah akan memberinya pakaian.”
- Harta dan pahalanya dilipatgandakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, sebagaimana tersebut dalam surah Al Baqarah ayat 276 sebagai berikut;
يَمْحَقُ اللَّهُ الرِّبَا وَيُرْبِي الصَّدَقَاتِ ۗ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ كَفَّارٍ أَثِيمٍ
“Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.”
Dengan begitu banyak dan besarnya keutamaan dari tiga amalan ibadah tadi, maka sudah tentu tidak akan merugi baik di dunia maupun di alam akherat. Apalagi yang menjanjikan Allah Sang Maha Rahman dan Rahiim yang mustahil ingkar janji.
Wallohu a’lam bishowab.