ARTIKELRefleksi

Pentingkah Kedekatan Ayah Dengan Anak?

Berbagi yuks..

Oleh : Siti Awaliya Yuniarti (PAIF Kab. Tegal)

Moderanesia.com – Dilansir dari jpnn.com bahwa Indonesia menduduki peringkat ketiga dunia dalam hal Fatherless Country. Menurut Retno Listyarti (Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia ) “Fatherless diartikan sebagai anak yang bertumbuh kembang tanpa kehadiran ayah, atau anak yang mempunyai ayah tetapi ayahnya tidak berperan maksimal dalam proses tumbuh kembang anak dengan kata lain pengasuhan,” Istilah ini memang kurang popular di kalangan  masyarakat, sehingga banyak yang melewatkan saja.

Secara umum, keluarga inti terdiri dari  ayah, ibu dan anak. Kebanyakan ayah hanya menjadi simbol kepala keluarga yang mempunyai peran memimpin , economic provider (penyedia kebutuhan ekonomi), dan fungsi publik. Sementara ibu diidentikkan dengan manager rumah tangga, kepengasuhan dan fungsi domestik. Anak dalam keluarga merupakan salah satu tujuan dibentuknya sebuah keluarga ialah adanya keturunan. Sehingga keterlibatan ayah-ibu dalam pengasuhan menjadi hal yang mutlak dilakukan.

Dalam Al Qur’an surah Al Baqarah ayat 233 menyebutkan kewajiban ayah dalam fungsi pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga;

وَالْوَالِدَاتُ يُرْضِعْنَ أَوْلَادَهُنَّ حَوْلَيْنِ كَامِلَيْنِ ۖ لِمَنْ أَرَادَ أَن يُتِمَّ الرَّضَاعَةَ ۚ وَعَلَى الْمَوْلُودِ لَهُ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ ۚ لَا تُكَلَّفُ نَفْسٌ إِلَّا وُسْعَهَا ۚ لَا تُضَارَّ وَالِدَةٌ بِوَلَدِهَا وَلَا مَوْلُودٌ لَّهُ بِوَلَدِهِ ۚ وَعَلَى الْوَارِثِ مِثْلُ ذَٰلِكَ ۗ فَإِنْ أَرَادَا فِصَالًا عَن تَرَاضٍ مِّنْهُمَا وَتَشَاوُرٍ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِمَا ۗ وَإِنْ أَرَدتُّمْ أَن تَسْتَرْضِعُوا أَوْلَادَكُمْ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ إِذَا سَلَّمْتُم مَّا آتَيْتُم بِالْمَعْرُوفِ ۗ وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”

 Di surah Annisa ayat 34 menyebutkan tugas laki-laki sebagai qowaam (pemimpin / pelindung) keluarga dan pencari nafkah juga tugas wanita yang berstatus istri ;

 لرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ وَبِمَا أَنفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ ۚ فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِّلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ ۚ وَاللَّاتِي تَخَافُونَ نُشُوزَهُنَّ فَعِظُوهُنَّ وَاهْجُرُوهُنَّ فِي الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوهُنَّ ۖ فَإِنْ أَطَعْنَكُمْ فَلَا تَبْغُوا عَلَيْهِنَّ سَبِيلًا ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيًّا كَبِيرًا 

“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.”

Dalam Al Qur’an banyak menceritakan dialog-dialog antara ayah dengan anak. Seperti pada surah Luqman ayat 13-18 menceritakan mengenai keteladanan Luqman dalam mendidik, menasihati, dan membangun interaksi positif dengan anaknya. Nasihat-nasehat Luqman begitu terkenal agar anaknya tidak menyekutukan Allah, berbuat baik pada orang tua, menyuruh manusia berbuat baik dan mencegah kemungkaran. Bersabar pada hal-hal yang menimpa di kehidupan dunia. Tidak menjadi sosok angkuh dan sombong, apalagi membanggakan diri. Selalu berbuat baik pada orang lain dan rutin mendirikan salat.

Dialog antara Nabi Ibrahim ‘Alaihis salam dengan Nabi Ismail saat akan menjalankan perintah Allah tentang penyembelihan yang kelak menjadi ibadah qurban dalam surah Ash Shaffat ayat 102. Di surah lain menyebutkan adanya dialog antara Nabi Zakaria dengan Nabi Yahya, Nabi Ya’kub dengan Nabi Yusuf. Ditilik secara bahasa percakapan-percakapan tersebut menggunakan kata-kata yang santun antara ayah dengan anak. Mengapa dialog ibu dengan anak hanya 2 kali disebut secara tersurat dalam Al Qur’an? Karena secara naluriah sudah mempunyai kedekatan dengan anak. Dengan mengandung dan menyusui, akan terjalin simpul-simpul kedekatan hati dan emosi ibu dengan anak.

Nabi Muhammad SAW juga menggambarkan peran penting ayah dalam sabdanya: “Seorang ayah adalah bagian tengah dari gerbang surga. Jadi, tetaplah di gerbang itu atau lepaskan,” (H.R. Tirmidzi). Hadis di atas menggambarkan bahwa ayah menjadi kunci penting dalam membimbing dan mendidik anak dalam keluarga. Pepatah Arab mengatakan “ Al-Umm Madrasatul Ula” atau ibu merupakan sekolah pertama, maka ayahlah kepala sekolahnya. Rasulullah SAW dalam hadis riwayat Al-Bukhori dan Muslim menyatakan bahwa anak dilahirkan dalam keadaan suci dan fitrah. Kedua orang tuanya yang membentuk dan mempengaruhinya menjadi anak saleh/salihah atau tidak.

Beberapa kesimpulan yang bisa diambil diantaranya:

  1. Dialog yang santun antara ayah dan anak akan membangun kedekatan
  2. Ayah berperan penting dalam mendidik jiwa dan semangat berjuang serta bertahan hidup dengan pedoman-pedoman yang diajarkannya.
  3. Secara naluriah, ibu sudah dekat dengan anak, karena dia yang mengandung dan menyusui.
  4. Pendidikan yang ayah ajarkan kepada anak cenderung bisa meningkatkan kecerdasan kekuatan mental dan kreatifitas anak. Karena pola asuh ayah terhadap anak, itu jarang menggunakan kata larangan. Lebih banyak membiarkan bereksplorasi, memanjat, loncat, lari dan lainnya.

             Mari para ayah, gunakan kesempatan yang ada untuk membangun kedekatan dengan anak. Jangan sampai menyesal kelak, karena masa kanak-kanak tak akan berulang dua kali. Terkejut dengan polah tingkah anak yang tak terarah. Ketiadaan hadirnya ayah dalam pengasuhan anak perempuan akan membuatnya mencari idola lain di luar rumah. Hingga bisa berakibat pergaulan bebas. Absennya ayah pada pengasuhan anak laki-laki membuatnya lemah semangat dalam bertahan hidup dan berkreasi.

Wallohu a’lam.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *