Refleksi

Semua Karena Cinta (Refleksi Kemah Moderasi Penyuluh Lintas Agama)

Berbagi yuks..

Oleh: Azizah Herawati

Retreat Kemah Moderasi Penyuluh Lintas Agama se-Indonesia di Camp Hulu Cai Bogor Jawa Barat telah berlalu. Perhelatan akbar dan bergengsi ini menyisakan banyak kenangan dan kisah menarik di dalamnya. Salah satunya adalah sambutan dari Menteri Agama Republik Indonesia Kabinet Merah Putih, Nazaruddin Umar. Gaya bicaranya yang khas, dengan nada yang tenang dan santun namun tegas mampu menghipnotis semua yang hadir.

Tak satupun suara terucap, ketika dia bicara. Akan tetapi akan pecah tiba-tiba ketika yang terucap memantik tawa. Bahkan kadang riuh tepuk tangan pun tak bisa terjeda. Semua gembira, semua terpana. Apalagi ketika arah pembicaraannya mengajak untuk berbincang tentang cinta.

Cinta memang selalu menarik untuk diperbincangkan. Sesuatu yang misterius dan tak mudah didefinisikan. Kalau sudah cinta, semua tampak indah. Seperti kata Ndarboy “Makan lauk tempe seperti lauk sate, minum kembang tahu seperti minum susu”. Begitulah cinta. Apapun, bagaimana pun “Sing penting ro kowe” alias sama kamu. Ya, orang yang dicintai.

Cinta bukan hanya tentang lisan dan hati. Apalagi sekedar janji-janji. Tapi cinta butuh bukti. Amaran Allah pun dalam firman-Nya juga mengingatkan kepada kita tentang pentingnya pembuktian cinta. Dan ketika sudah terbukti, Allah tak akan pernah ingkar janji. Tak sebatas membalas cinta, tapi juga mengampuni segala dosa. Masyaallah. Masih ragu? Ini buktinya:
“Katakanlah (Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang”. (QS. Ali Imran (03): 31)

Tanda orang sedang jatuh cinta, dia lebih memilih perkataan orang yang dicintainya daripada yang lain. Dia juga lebih menikmati pertemuan dengan kekasihnya daripada lainnya. Dia juga lebih memilih rida atau kerelaan dari sang kekasih daripada dari yang lain.

Ayat di atas secara jelas menuntunkan bahwa cinta itu butuh bukti. Pertama, dibuktikan melalui ketaatan dan kepatuhan terhadap perintah serta kesediaan untuk menjauhi segala larangan. Kedua, rela berkorban, karena cinta butuh pengorbanan. Ketiga, senantiasa meniru dan meneladan yang dicintainya.

Sayangnya yang sering terjadi bukanlah bukti, tapi hanya janji. Oleh karena itu, cinta juga harus ditumbuhkan. Bagaimana caranya? Pertama, kenali. Bukankah tak kenal maka tak sayang? Nah, mari kita mulai dengan slogan tak kenal maka ta’aruf. Ya, kenali, sehingga dengan itu akan lebih mudah memahami. Tak ada lagi saling menyalahkan, yang ada justru saling memaafkan. Jika ada yang masih menyalahkan, berarti dia masih harus banyak belajar.

Kedua, cinta bisa ditumbuhkan dengan mengingat kebaikannya. Jangan sebaliknya. Ketiga, seringlah bertemu. Pepatah Jawa mengatakan “Witing tresna jalaran saka kulina”. Semakin sering bertemu, semakin tahu dan memahami kelebihan dan kekurangan. Sehingga tak ada lagi sak wasangka. Kenali, dalami, pahami. “Jangan ada dusta di antara kita”.

Sejatinya ini adalah ajaran Allah dalam Al-Qur’an yang mengajak kita untuk mencintai-Nya dengan mengikuti ajaran yang dibawa Rasul-Nya. Alangkah indahnya jika kita menjadi pribadi yang taat, selalu senang ketika dekat, mengenal agama dengan semangat, rela berkorban untuk beribadat, menjadikan Allah sebagai puncak segala taat dan Rasul-Nya sebagai teladan yang hebat.

Menteri Agama juga mengingatkan bahwa semua kitab suci itu mengajarkan cinta. Mereka yang belum tahu isinya, adanya hanya prasangka buruk dan menyalahkan. Sehingga dia mengajak seluruh penyuluh untuk tak berhenti belajar.

Kehadiran IPARI memberikan kesan tersendiri baginya. Menurutnya, sebagai seorang penyuluh ketika semua dilakukan dengan cinta, maka semua terasa ringan dan mudah. Dengan demikian, berbagi inspirasi bagi para penyuluh adalah sebuah keniscayaan. Sehingga mereka layak diberikan apresiasi.

Pada kesempatan tersebut Menteri Agama memberikan apresiasi kepada dirijen sekaligus pencipta lagu Mars IPARI untuk menjadi petugas haji tahun 2025. Sebuah apresiasi luar biasa yang diberikan karena cinta. Karena baginya membuat orang lain bergembira juga perwujudan dari cinta.

Itulah keajaiban cinta. Ketika semua dilakukan karena cinta, maka semua akan terasa indah. Tak ada yang sulit. Semua terasa ringan. Termasuk kesediaan seluruh peserta untuk menembus derasnya hujan dan menahan hawa dingin yang menusuk tulang, semua karena cinta. Yuk, semangat bergandengan tangan, kita semai kedamaian dan kerukunan. Atas nama cinta. In the name of love. Cinta karena Allah. Tak pandang suku, agama maupun ras. Semua bersatu bergerak mengawal NKRI. Semoga Allah, Sang Maha Cinta selalu mengiringi langkah-langkah kita. Aamiin. IPARI Jaya.

Magelang, 7 Desember 2024

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *