Memahami Kemerdekaan Sebagai Rahmat Allah Swt
Oleh : Yuyu Yuniawati, S. Ag. (PAIF Kab Purbalingga)
Tujuh belas Agustus tahun empat lima
Itulah hari kemerdekaan kita
Hari merdeka nusa dan bangsa
Hari lahirnya bangsa Indonesia
Merdeka
Sekali merdeka tetap merdeka
Selama hayat masih dikandung badan
Kita tetap setia tetap sedia
Mempertahankan Indonesia
Kita tetap setia tetap sediaMembela negara kita
Lirik lagu berjudul “Hari Merdeka” karya Husein Mutahar yang sering kita dengar menjelang perayaan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia. Syairnya mengingatkan kepada kita bahwa kemerdekaan Indonesia yang telah dicapai pada tanggal 17 Agustus 1945 harus terus dipertahankan oleh segenap rakyat Indonesia sampai kapan pun. Lagu ini menjadi ruh tumbuhnya nasionalisme dan penyemangat segenap rakyat Indonesia untuk bersama-sama memperingati dan ikut menyemarakan HUT Kemerdekaan ini dengan berbagai kegiatan spesial di setiap tahunnya.
Momentum spesial ini selalu disemarakkan dengan berbagai kegiatan yang meriah. Dimulai dengan pemasangan bendera merah putih dan umbul-umbul bernuansa merah putih saat memasuki bulan Agustus. Berbagai ajang lomba pun digelar, dari lomba yang penuh dengan tuntunan, sampai lomba yang hanya sekedar tontonan dan hiburan bernuansa pesta rakyat. Nuansa kebersamaan pun begitu terasa dalam berbagai rangkaian kegiatan. Demikian pula di tahun ini, HUT Kemerdekaan RI Ke-77 tahun 2022 terasa begitu meriah setelah dua tahun sebelumnya dilakukan serba terbatas karena masih dalam suasana pandemi covid-19.
Satu hal yang tidak boleh dilupakan di tengah kemeriahan dan euforia peringatan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 77 ini adalah bahwa kemerdekaan yang diraih setelah melewati perjuangan yang berat dan pengorbanan yang tidak terhitung, baik jiwa, raga, maupun harta para pendahulu pendiri Republik ini adalah semata-mata rahmat dari Allah SWT. Hal ini diungkapkan dalam mukadimah UUD 1945 alinea ke-3 bahwa “Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya”.
Oleh karena itu, bersyukur atas nikmat kemerdekaan ini tentunya menjadi sebuah keniscayaan. Dan yang tidak kalah penting untuk dilakukan selain bersyukur adalah bertafakur. Mengapa meskipun telah 77 tahun merdeka sampai saat ini berbagai krisis masih saja mewarnai kehidupan di hampir setiap aspek kehidupan ? Jika kita renungkan, bisa jadi salah satu sebab dari munculnya berbagai macam krisis adalah karena kita belum sepenuhnya memahami dan menghayati makna kemerdekaan sebagai rahmat dari Allah SWT.
Ketika kita memahami bahwa kemerdekaan itu merupakan rahmat Allah, maka kita harus menangkap makna dari pemberian rahmat sebagai bagian dari nikmat. Sebuah nikmat yang Allah hadirkan di tengah kehidupan kita, sesungguhnya mengandung perintah untuk mensyukurinya dengan sebenar-benarnya syukur, yakni dengan cara memanfaatkan nikmat tersebut dengan berbagi kebaikan kepada pihak lain. Demikian pula, ketika bangsa Indonesia menerima rahmat Allah berupa kemerdekaan, itu berarti mengandung perintah, bahwa kita sebagai warga bangsa harus menebar rahmat atau kasih sayang kepada sesama.
Saat ini kita amati betapa kasih sayang sesama manusia di negeri tercinta ini tengah mengalami erosi, semakin hari semakin memudar. Hal ini tercermin dengan masih tertanamnya budaya serakah seperti semakin membudayanya korupsi dan berbagai macam penyimpangan lainnya, sehingga banyak rakyat yang tidak lagi merasakan adanya keadilan dan kesejahteraan. Kita saksikan, masih banyak nyawa manusia melayang disebabkan hilangnya rahmat (kasih sayang) dari sesama insan. Banyak pula orang yang harus kehilangan nyawa di hadapan publik, padahal dia belum tentu bersalah. Inilah salah satu contoh konkret akibat pudarnya kasih sayang manusia terhadap sesama.
Sekiranya manusia mampu mewarisi sifat kasih sayang Allah dengan selalu menebar kasih sayang kepada sesama, sesungguhnya Allah SWT pun akan menurunkan kasih sayang (rahmat)-Nya. Sebagaimana disabdakan Rasulullah SAW:
اَلرَّاحِمُوْنَ يَرْحَمُهُمُ الرَّحْمَنُ قَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى اِرْحَمُوْا مَنْ فِى الْأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِى السَّمَآءِ
“Orang-orang yang berkasih sayang, akan mendapat kasih sayang dari Allah. Kemudian Allah berfirman (dalam Hadits Qudsi): ”Berkasih sayanglah kamu sekalian kepada penduduk bumi, maka yang di langit akan memberikan kasih sayang kepada kalian”. (HR. Ahmad)
Sejarah telah membuktikan bahwa permusuhan dan perpecahan hanya akan mewariskan kelemahan. Saling mengejek dan menghina hanya akan menumbuhkan benih-benih kebencian, yang pada gilirannya hanya akan menjauhkan dari rahmat Allah, nauzubillah. Dalam al-Qur’an disebutkan, banyak cara yang dapat dilakukan untuk dapat meraih rahmat Allah, salah satunya ialah dengan menjaga ukhuwah, persatuan dan kesatuan antar elemen warga bangsa. Sebagaimana firman Allah,
اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ فَاَصْلِحُوْا بَيْنَ اَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ
“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat”. (Q.S. Al-Hujurot : 10)
Ayat ini menjelaskan bahwa dengan menjalin ukhuwah (persaudaraan) dengan memperkokoh persatuan dan kesatuan akan memantik turunnya rahmat Allah. Ukhuwah yang harus kita wujudkan sebagai syarat datangnya rahmat Allah, adalah meliputi ukhuwah basyariyah, ukhuwah wathaniyah dan ukhuwah islamiyah.
Dalam ukhuwah basyariyah kita harus menjalin hubungan baik terhadap sesama manusia, tanpa membedakan agama, suku, warna kulit, domisili dan perbedaan lainnya. Karena pada hakikatnya seluruh umat manusia adalah umat yang satu. Sebagaimana petunjuk Al Qur’an,
وَمَا كَانَ النَّاسُ اِلَّآ اُمَّةً وَّاحِدَةً فَاخْتَلَفُوْاۗ
“Manusia dahulunya hanyalah satu umat, kemudian mereka berselisih.”. (Q.S. Yunus : 19).
Begitupun dalam ukhuwah wathaniyah, kita harus menjaga persatuan dan kesatuan dengan segenap manusia di wilayah negeri Indonesia tercinta ini tanpa kecuali. Harus kita sadari, banyaknya macam agama yang dipeluk oleh masyarakat Indonesia, beragamnya suku dan bahasa, serta terpencarnya domisili merupakan sunatullah. Karenanya kita harus menggali hikmah yang tersimpan di dalamnya, diantaranya dengan mencari titik-titik persamaannya, bukan sebaliknya malah membesar-besarkan titik perbedaan. Ketika kita mampu mencari titik temu dari berbagai macam perbedaan yang ada maka atas ijin dan ridho-Nya, rahmat Allah akan turun ke negeri tercinta ini.
Demikian pula adanya ukhuwah islamiyah mengharuskan kita untuk berfikir dan bertindak secara dewasa, bahwa perbedaan yang ada di antara kaum muslimin dalam hal masalah furu’iyah bukanlah pada hal yang prinsip. Maka di tengah pebedaan-perbedaan tersebut, kaum muslimin dituntut untuk dapat mewujudkan di tengah-tengah masyarakat, bahwa perbedaan dalam kehidupan ini justru merupakan rahmat Allah (al-ikhtilafu rohmatun).
Insyaallah, apabila bangsa Indonesia bersatu padu untuk mengisi kemerdekaan ini dengan mengedepankan sikap syukur dan tafakur, mengisinya dengan berbagai amal perbuatan yang positif dan semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT, maka kesulitan akan berganti dengan kemudahan, permusuhan akan berganti dengan saling mengasihi dan menyayangi. Allah SWT telah menjanjikan hal ini dalam firman-Nya,
وَمَنْ يَّتَّقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّهٗ مَخْرَجًا ۙ وَّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُۗ