Orang Alim Menjadi Viral, Bolehkah?
Oleh : H. Luthfi Amin,S.Ag.,M.PdI.(PAIF Kab. Tegal)
Moderanesia.com – Era digital saat ini, menjadi viral adalah keinginan hampir semua orang. Karena dengan menjadi viral, akan banyak mengundang pemirsa atau netizen untuk berduyun-duyun melihat laman web-nya. Banjir undangan dari media elektronik baik televisi, radio, pod-cast dan lainnya. Belum dari sisi financial yang diperkirakan masuk melalui kanal-kanal tersebut. Agak bisa dipastikan, bahwa hal itu akan membawa seseorang ke peningkatan taraf ekonomi yang jauh melesat.
Sementara itu, dalam Islam mengajarkan umatnya untuk berperilaku tawadhuk atau rendah hati dan menjauhi popularitas. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْعَبْدَ التَّقِيَّ الْغَنِيَّ الْخَفِيَّ
“Sesungguhnya Allah mencintai hamba yang bertakwa, berkecukupan, dan tersembunyi.” (HR. Muslim no. 2965)
Mengapa Islam mengajarkan untuk menjauhi popularitas? Sebab terkadang, ketenaran bisa membuat orang menjadi sombong dan tidak ikhlas dalam beramal. Sehingga pundi-pundi amal yang sudah dikumpulkan menjadi hilang berantakan. Namun ketika qodarullah ia menjadi figur terkenal karena keshalihan, ilmu agamanya atau kebaikannya tanpa disengaja atau dibuat-buat. Semua karunia Allah semata. Lalu, apakah boleh , bila seorang yang alim agamanya menjadi terkenal?
Jawabannya bermuara pada hati, yakni niat. Walau orang lain memandangnya memiliki kelebihan, namun jika hatinya tetap rendah hati dan ikhlas,maka tak menjadi masalah. Sebab ia tidak akan peduli dengan pujian manusia. Baginya, sanjungan seringkali membuat terlena dan melahirkan benih-benih kesombongan serta bangga diri. Hal ini yang kemudian pelan-pelan mengusik hati dan akhirnya bisa menodai amalannya. Allah berfirman:
قُلْ إِنْ تُخْفُوا مَا فِي صُدُورِكُمْ أَوْ تُبْدُوهُ يَعْلَمْهُ اللَّهُ ۗ وَيَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ ۗ وَاللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Katakanlah: Jika kamu menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu melahirkannya, pasti Allah mengetahui.”(QS. Ali-Imran : 29)
.Pada penggalan hadis yang diriwayatkan oleh Al-Bukhori dan Muslim, dari Sahabat Umar bin Khattab bahwa Rasululloh Shallallaahu ‘alaihi wasallam telah bersabda; “Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya.” Jika viral itu yang menjadi tujuan sehingga membelokkan hati dari keikhlasan, maka itu yang dilarang.
Umat Islam juga dianjurkan untuk berhati-hati dengan popolaritas. Ibarat ular berbisa, ketenaran bisa membinasakan dunia dan akhiratnya. Saat seseorang sengaja mengejarnya demi orientasi dunia semata seperti biar terkenal, dihormati, biar heboh dan sejenisnya. Ini bukanlah akhlak yang dianjurkan dalam Islam.
Yakinlah ketenaran demi keuntungan dunia semata akan membawa pelakunya pada kondisi yang memprihatinkan. Fakta yang terekspos di banyak media, banyak tokoh yang tenar dan hidup ke-glamour-an , pada akhir hidupnya merana dan bahkan menjadi tragis.
Menjadi viral sebagai orang alim tidak mengapa, namun harus tetap mewaspadai bolak-baliknya hati. Karena hati hanya Allah yang mengetahui. Imam al-Qorrofi dalam ad-Dakhiroh memberi saran seperti di bawah ini;
يَنْبَغِي لِلْعاَلِمِ السَّعْيَ فِى الشُّهْرَةِ والظُهُورِ ، تَحْصِيْلاً لِلْإِفاَدَةِ لٰـكِنَّهُ مَقَامُ الْخَطَرِ
“Seyogyanya Orang Alim itu bergegas untuk menampakkan kealimannya, supaya ia bisa memberi manfaat kepada banyak orang, tapi itu ( Viral ) , adalah tempat yang mengkhawatirkan”
Pada kitab lain Imam Ahmad berkata:
طُوبٰى لِمَنْ اَخْمَلَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ ذِكْرَهُ
“Beruntung sekali orang yang Allah buat ia tidak tenar”.
Beliau juga mengatakan:
اَشْتَهِي مَكاَناً لاَ يَكُوْنُ اَحَدًا مِنَ النَّاسِ
“Aku lebih senang jika aku berada pada tempat yang tidak ada siapa-siapa.” (Ta’thiru al-anfas, hlm. 278)
Pilihan ada di tangan anda, menjadi viral atau tidak.
Wallohul musta’an.