LainnyaMATERI

Kajian Tafsir : Kandungan QS Al Baqarah Ayat 21

Berbagi yuks..

Oleh : Mahsun, S.Ag., M.Si. (PAIF Kab. Temanggung)

TEKS DAN TERJEMAH AYAT

Di bawah ini merupakan teks, transliterasi dan terjemahan Al Qur’an Surat Al Baqarah ayat 21:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Yā ayyuhan nāsu’budū rabbakumul ladzī khalaqakum wal ladzīna min qablikum la‘allakum tattaqūna.

Artinya, “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang menciptakanmu dan orang-orang sebelummu agar kamu bertakwa,” (Surat Al-Baqarah ayat 21).[1]

KAJIAN TAFSIR AYAT

Di dalam Tafsir Jalalain disebutkan bahwa surat Al-Baqarah ayat 21 ini disampaikan kepada penduduk kota Makkah waktu itu. Mereka diperintahkan untuk mengesakan Tuhan yang menciptakan mereka dari yang semula bukan apapun dan menciptakan orang-orang sebelum mereka. Perintah ibadah dengan landasan tauhid ini menjadikan manusia pasti menjadi orang bertakwa.[2]  

 Seperti disebutkan Al Hafiz Kurniawan, Imam At-Thabari melalui tafsirnya, Jami’ul Bayan fi Ta’wilil Qur’an, menyatakan bahwa Surat Al-Baqarah ayat 21 ditujukan kepada kelompok musyrik Makkah, kelompok munafik Madinah, dan kelompok sosial selain kedua kelompok tadi. Alasan logisnya atas perintah itu karena Allah swt adalah pencipta mereka, nenek moyang mereka, berhala mereka, dan semua yang dianggap tuhan oleh mereka. Selanjutnya, At-Thabari mengutip pendapat sahabat Ibnu Abbas r.a yang mengartikan perintah penyembahan pada Surat Al-Baqarah ayat 21 sebagai perintah pengesaan Allah. Inti kandungan ayat ini adalah seruan ibadah dan bertauhid kepada manusia tanpa terkecuali.[3]

Hamper senada denga hal di atas, Imam Al-Baghowi dalam tafsirnya, Ma’alimut Tanzil fit Tafsir wat Ta’wil, menjelaskan bahwa semua turunan dari kata “sembah, menyembah, penyembahan atau ibadah” yang ada dalam Al-Qur’an bermakna pengesaan Allah atau tauhid. Kata “khalaqa” atau “al-khalq”, bermakna penciptaan sesuatu dari yang asal mulanya tidak ada “agar kalian bertakwa” yaitu agar kalian selamat dari siksa-Nya.[4]

Imam Al-Baidhawi dalam tafsirnya, Anwarut Tanzil wa Asrarut Ta’wil, menyebutkan bahwa pada Surat Al-Baqarah ayat 21, seruan Allah swt di sini mengisyaratkan tentang adanya perkara atau hal penting yang diabaikan dan tidak terpikir oleh manusia. Kata “khalaqa” atau “al-khalq,” bermakna sebuah penciptaan sesuatu dengan batasan dan kadar tertentu. Kata “alladīna min qablikum” meliputi apa saja yang mendahului manusia baik zat maupun waktunya. Pada ayat ini, Allah mengingatkan bahwa takwa adalah punck derajat para pesuluk atau para pejalan spiritual, yaitu terbebas dari segala selain Allah untuk bergantung kepada-Nya. Kata “la’alla” dan kata “’asā” merupakan kata pengharapan. Tetapi dari sisi-Nya, kedua kata itu bermakna sebuah kepastian. Intinya, ayat ini menunjukkan bahwa jalan menuju mengenal Allah swt adalah dengan cara mengetahui keesaan-Nya, dan keharusan menyembah-Nya adalah menganalisa ciptaan-Nya. [5]

Hamka di dalam tafsirnya memiliki kesamaan dengan Tafsir Jalalain yakni menekankan kandungan makna ketauhidan dari ayat ini. Manusia diperintahkan untuk menyembah Tuhan yang telah menciptakan manusia dari tidak ada menjadi ada dan hidup di muka bumi agar manusia terpelihara. Keberadaan manusia di bumi ini “hanya melanjutkan” apa yang telah dilakukan dan dilatihkan [mewarisi]  segala sesuatu dari nenek moyangnya.[6]

Quraish Shihab di dalam Tafsir Al Misbah menguraikan kandungan nilai ayat ini adalah ajakan beribadah kepada tiga kelompok manusia tanpa terkecuali, yakni manusia yang bertakwa, kafir dan munafik. Ibadah merupakan bentuk ketertundukan dan kepatuhan tanpa syarat kepada Sang Pendidik dan Pemelihara [Rabb]. Orang bertakwa tetap diajak beribadah agar senantiasa memelihara kesinambungan ibadahnya. Ajakan terhadap orang kafir dan munafik menegaskan tentang kasih sayang Allah swt terhadap semua mahluknya.[7]

Selanjutnya Shihab menyebut tentang kandungan makna pendidikan dari ayat ini. Berdasarkan uraian tentang kandungan rububiyah ayat, dituliskan bahwa pendidik boleh mengancam dan menjatuhkan sanksi kepada peserta didik dalam landasan kasih sayang dan untuk mendekatkan peserta didik dengan tujuan pendidikannya.[8]

Berikutnya, Shihab menyampaikan tentang humanisme dalam kandungan ayat ini. Penyebutan ayat tentang penciptaan  manusia dan orang-orang sebelumnya menunjukkan persamaan manusia sejak dulu hingga akhir zaman. Tidak ada perbedaan dalam kemanusiaan antara satu ras dengan ras yang lain, baik generasi yang lampau maupun terkini, semuanya diciptakan oleh Allah swt dari unsur yang sama.[9] Wahbah Az-Zuhaili dalam Tafsir Al-Munir mendekati ayat ini dengan analisa kedudukan kalimat [i’rab], balaaghah, danmakna kata [mufrodat lughawiyah] terhadap kalimat kunci dari ayat. Selanjutnya disampaikan tentang hubungan antar ayat, penjelasan tafsirnya dan fiqh kehidupan atau hukum yang dikandung ayat. Disebutkanya, ayat ini menyeru kepada semua manusia baik itu beriman, kafir ataupun munafik untuk beribadah.[10]


[1] Lajnah Pentashih Mushaf Al-Quran Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Semarang: CV. Toha Putra, 1989. Hal. 122. Tulisan teks arab dan terjemah perkata sudah dilihat juga pada Lajnah Pentashih Mushaf Al-Quran Departemen Agama RI, Syamil Al Quran: Terjemah per Kata Type Hijaz, Bandung: Syamil Cipta Media, 2007, hal. 4. Pengecekan juga dengan melihat penulisan ayat dan terjemah pada A. Bisri Mustofa, Al Ibriz. Wonosobo: Lembaga Kajian Strategis-Anditama Wahana Sejahtera, 2013, hal. 21.

[2] Jalaludin Al Mahalli dan Jalaludini As Suyuthi, Tafsir Jalalain, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2003.

[3] Alhafiz Kurniawan, “Tafsir Surat Al Baqarah 21”,  https://islam.nu.or.id/tafsir/tafsir-surat-al-baqarah-ayat-21-7heo7 diunggah 22 Agustus 2020 diakses 29 Oktober 2021.

[4] Ibid.

[5] Ibid.

[6] Hamka, Tafsir Al-Azhar Jilid 1, Singapura: Pustaka Nasional PTE Ltd, 1989. Hal.151

[7] Quraish Shihab, Tafsir al Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an,  Jakarta: Lentera Hati, 2007, hal. 119-120.

[8] Ibid., hal. 121.

[9] Ibid.

[10] Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir al Munir: Aqidah, Syariah, dan Manhaj, jilid 1, Depok: Gema Insani, 2018, hal. 66-71.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *