ARTIKELMakalah Ilmiah

Ubah Perilaku Jemaah Lansia Lewat Inovasi Pembelajaran Al Qur’an

Berbagi yuks..

Oleh: M. Syarif Hidayatullah, S.Ag. *)

Moderanesia.com – Dalam keyakinan seorang muslim, beriman kepada kitab-kitab Allah adalah bagian yang tidak terpisahkan dari hidupnya. Allah menurunkan kepada nabi dan rasul-Nya beberapa kitab suci berupa wahyu, yaitu Taurat kepada Nabi Musa as., Zabur kepada Nabi Daud as., Injil kepada Nabi Isa as. dan Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW. Dari kitab-kitab tersebut hanya Al-Qur’an yang terjaga orisinalitasnya. Hal ini terbukti baik secara teologis maupun secara akademis-sosiologis. Secara teologis Allah menyatakan dalam surat Al-Hijr ayat 9 sebagai berikut:

اِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَاِنَّا لَهٗ لَحٰفِظُوْنَ

Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an, dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya”.

Adapun secara akademis-sosiologis, Al-Qur’an terpelihara melalui hafalan yang terekam dalam hati dan pikiran para penghafal Al-Qur’an.

Keimanan terhadap kitab suci sebelum Al-Qur’an hanyalah diimani secara global, bahwa Allah pernah menurunkan wahyu-Nya kepada para nabi sebelum Nabi Muhammad SAW. Khususnya Nabi Musa as., Nabi Daud as., dan Nabi Isa as., serta Nabi Ibrahim berupa shuhuf (lembaran suci).  Tidak ditemukan dokumen orisinal dari semua kitab tersebut selain Al-Qur’an. Karena itu tidak ada kewajiban mempelajari apa yang terdapat di dalamnya. Berbeda dengan keimanan terhadap Al-Qur’an yang merupakan pedoman hidup umat Islam, maka mempelajarinya menjadi suatu kewajiban.

Mempelajari Al-Qur’an adalah dalam rangka berinteraksi secara aktif dengan kitab suci tersebut sehingga menjadi sebaik-baik teman keseharian seorang muslim. Dengan mempelajari Al-Qur’an, seseorang akan mampu membaca, menghafal, mentadabbur ayat-ayatnya, serta mengamalkan nilai-nilainya dalam kehidupan sehari-hari.

Adalah rahmat Allah SWT yang telah memudahkan Al-Qur’an untuk dipelajari oleh semua yang mengimaninya. Bahkan yang tidak berimanpun mudah untuk mempelajarinya. Namun mempelajarinya adalah satu hal sedangkan meresapi, menghayati, dan mengamalkan pesan-pesannya adalah hal yang lain. Karena itu yang mempelajari Al-Qur’an namun tidak mengimaninya bisa jadi hanya sebatas mampu untuk membacanya saja dan sulit untuk membenarkan apa yang ada di balik bacaan tersebut. Kemudahan mempelajari Al-Qur’an ditegaskan Allah dalam surat Al-Qomar ayat 17 sebagai berikut:

وَلَقَدْ يَسَّرْنَا ٱلْقُرْءَانَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِن مُّدَّكِرٍ

Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?

Ayat ini bahkan diulangi 4 (empat) kali pada surat yang sama, selain pada ayat 17 juga terdapat pada ayat 22, 32, dan 40. Pengulangan ini sudah tentu bukan tanpa makna. Setidaknya untuk memberi kesan penguatan terhadap kemudahan mempelajari Al-Qur’an atau memahaminya.

Kemudahan Al-Qur’an itu tidak saja pada proses memahaminya, yang menjadi dasar utama untuk mengamalkannya. Tapi juga kemudahan belajar membacanya, saat membacanya, menghafalnya, dan mentadabburi ayat-ayatnya.

Atas jaminan kemudahan dari Allah itulah, serta keyakinan dan keimanan yang dimiliki setiap muslim terhadap Al-Qur’an maka program pembelajaran Al-Qur’an ini diikhtiarkan pada masyarakat sebagai inovasi layanan keagamaan yang intensif (mudawamah) dan integral (syumuliyah). Intensif karena dilakukan secara berkelanjutan hingga akhir hayat. Integral karena dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan ibadah lainnya terutama ibadah shalat.

Inovasi Pembelajaran Al-Qur’an

Inovasi layanan keagamaan dalam bentuk bimbingan dan penulisan pada jama’ah lansia masjid se-Malang Raya melalui “Program Terintegrasi 3T Tahsin, Tahfizh dan Tadabbur” Al-Qur’an, khususnya juz ‘Amma atau juz 30 dengan metode Asy-Syaamil Three in One (3-in-1).

Program ini adalah ikhtiar untuk meningkatkan literasi Al-Qur’an pada masyarakat dengan mengupayakan cara termudah dan menggembirakan. Program pembelajaran Al-Qur’an umumnya dimulai pada tahapan membaca (tilawah) hingga dapat membaca dengan baik (tahsin). Kemudian dilanjutkan dengan menghafal (tahfizh) hingga 30 juz.

Namun untuk bisa menghafal 30 juz membutuhkan waktu yang intensif dan konsentrasi penuh, atau pendidikan secara khusus. Nah, ketika tidak semua orang dapat menghafal 30 juz. maka jangan sampai seorang muslim tidak menghafal Al-Qur’an sama sekali, minimal ia harus berusaha menghafal juz 30. Dalam kaidah ushul fikih disebutkan: “maa laa yudroku kulluhu laa yutraku kulluhu” yang artinya apa yang tidak bisa diperoleh keseluruhannya maka janganlah ditinggalkan keseluruhannya. Ini memberi makna jika kita tidak mampu menghafal 30 juz Al-Qur’an maka jangan sampai tidak menghafal Al-Qur’an sama sekali.

Setelah itu adalah mengeksplorasi makna dan nilai yang terkandung di dalamnya dengan mempelajari tafsir yang biasa disebut tadabbur. Karena itu pembelajaran Al-Qur’an ini menggunakan metode Asy-Syaamil Three in One. Metode ini agak berbeda dengan yang lain yang biasanya hanya mencakup satu bagian dari pembelajaran Al-Qur’an.

Sasaran utama dari pembelajaran ini adalah para lanjut usia, melihat kenyataan yang ada bahwa sebagian besar jama’ah yang datang ke masjid untuk shalat berjama’ah adalah orang-orang lanjut usia. Bisa jadi karena berharap kembali kepada Sang Pencipta dengan tenang dan husnul khotimah.

Menjadi tua tidak akan pernah dapat ditolak. Karena, waktu dan zaman akan mengantarkannya ke sana dan sistem perkembangan tubuh pun akan memainkan hukum siklus kehidupan manusia. Karena itu di usia tua pun tetap harus memperoleh hak untuk dibimbing dan dilayani hidup keberagamaannya.

Lanjut Usia menurut Undang-Undang No. 13 tahun 1998 adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun (enam puluh) tahun ke atas. Sedangkan Lanjut Usia Potensial adalah lanjut usia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan/atau jasa.

Dalam pandangan penulis, potensial bagi lansia tidak semata-mata berorientasi materi atau duniawi sebagaimana yang disebutkan dalam Undang-Undang Kesejahteraan Lansia tersebut. Lanjut Usia Potensial adalah mereka yang masih berkesempatan menambah amal sholeh atau mengganti masa lalu yang kelam dengan masa kini yang lebih bermanfaat minimal untuk dirinya sendiri.

Yang harus dilakukan oleh para lansia muslim adalah mempersiapkan diri kembali kepada Allah Sang Pencipta. Mengolah perjalanan untuk kembali kepada Allah adalah bentuk sikap keimanan. Karena sesungguhnya manusia dilihat dari episode terakhir dari kehidupan dunianya. Jika episode terakhir hidupnya adalah husnul khotimah maka baiklah masa depan akhiratnya, namun jika episode terakhir kehidupannya adalah su’ul khotimah, makai a akan mendapati akhiratnya penuh dengan keburukan.

Meskipun sasaran utama program pembelajaran Al-Qur’an  ini adalah para lansia namun tidak menutup kemungkinan diikuti oleh kalangan pra-lansia sehingga bisa maksimal dalam pencapaian targetnya. Karena pra lansia juga termasuk kelompok umur yang intens melakukan ibadah di masjid.

Inovasi layanan keagamaan dalam bentuk bimbingan dan punyuluhan ini dimaksudkan untuk memberikan layanan keagamaan pada kelompok usia yang dianggap penting untuk mempersiapkan kehidupan masa depan akhirat yang lebih baik. Adapun tujuan program pembelajaran ini adalah :

  1. Meningkatkan Literasi Al-Qur’an pada masyarakat terutama pada kelompok usia lanjut (lansia).
  2. Mendekatkan para lansia dengan Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.
  3. Meragamkan bentuk interaksi dengan Al-Qur’an berupa, membaca, menghafal, tadabbur, dan amaliyah yaumiyah (amalan sehari-hari).
  4. Mendekatkan para lansia dengan sesuatu mukjizat yang menenangkan hati sehingga mampu mempersiapkan diri lebih baik untuk kembali kepada Sang Ilahi.

Sumber Rujukan Utama

Pembelajaran ini menggunakan kitab tafsir yang dianggap paling mudah yaitu Kitab Aysarut Tafaasiir li Kalaamil Aliyyil Kabiir (أيسر التفاسير لكلام العلي الكبير) sebagai rujukan utama. Pemilihan kitab ini didasarkan pada penjelasannya yang ringkas dan sistematis. Kitab ini diterbitkan oleh RACEM Advertising yang bermarkas di Jeddah Saudi Arabiah bertahun 1990 versi file PDF.

Sistematika kitab yang ditulis Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jazaairy ini terletak pada pembahasannya yang diawali dengan menampilkan surat atau kelompok  ayat, kemudian kosakata yang terdapat dalam ayat itu, kemudian makna ayat dan diakhiri dengan pelajaran apa yang terdapat dalam sejumlah ayat yang dikaji tersebut.

Dalam juz 30 dari kitab tersebut, untuk surat-surat pendek dibahas langsung satu pembahasan sedangkan surat panjangnya ada yang dibahas dalam dua kelompok ayat atau lebih dari itu bergantung panjang pendeknya suatu surat.

Meskipun kitab ini berbahasa Arab, dalam penjelasannya Penulis menggunakan Bahasa Indonesia dengan terjemahan global baik maknawi maupun leterleks sehingga memudahkan para jama’ah untuk memahaminya. Di samping itu jama’ah dibawa pada suasana ta’lim di dunia pesantren yang mengasyikkan.

Untuk lebih memudahkan pembelajaran, penulis juga menggunakan terjemahan juz ‘amma online berupa aplikasi Al-Qur’an dan terjemahannya. Tujuannya agar para jama’ah sudah memiliki gambaran awal dari terjemahan ayat yang mengantarkan mereka pada pemahaman selanjutnya.

Pelaksanaan Pembelajaran

Program ini dilaksanakan di sejumlah masjid se-Malang Raya khususnya dalam binaan Majelis Tabligh Muhammadiyah Malang Raya di mana penulis lebih mudah untuk mengaksesnya, agar manfaat yang dirasakan masyarakat lebih luas. Tidak terbatas di lingkup kerja penulis. Malang Raya terdiri dari 3 (tiga) kabupaten/kota, yaitu Kabupaten Malang, Kota Malang, dan Kota Batu. Adapun masjid yang telah mengikuti program ini berjumlah 15 masjid

Pelaksanaan program ini bervariatif tergantung kesiapan takmir dan jama’ah. Ada yang sekali sebulan, ada yang dua kali bahkan ada yang tiap pekan.

Pelaksanaan program ini dilakukan dalam 3 tahapan :

  1. Diawali dengan membaca bersama (Mengaji/Tahsin Tilawah) ayat atau surat yang akan dibahas dengan menggunakan aplikasi Al-Qur’an Terjemahan yang tersedia di Laptop Penulis. Penulis membaca terlebih dahulu satu atau sebagian ayat kemudian diikuti oleh Jama’ah. Setelah selesai dibacakan terjemahan oleh penulis.
  2. Setelah itu penulis mengajak untuk tadabbur ayat-ayat tesebut dengan membacakan rujukan utama yaitu Kitab Aysarut Tafaasiir li Kalaamil Aliyyil Kabiir (أيسر التفاسير لكلام العلي الكبير) dengan menerjemahkan dan menjelaskan dalam Bahasa Indonesia. Sebelum mengakhiri pembelajaran, penulis mempersilakan jama’ah untuk bertanya sesuai dengan pembahasan yang ada atau persoalan keagamaan secara umum.
  3. Setelah itu penulis mempersilahkan jamaah untuk menghafal surat yang sudah dibahas secara bertahap yang dilakukan di rumah untuk bisa berinteraksi secara kontinu dan membacanya saat shalat-shalat sunah. Hafalan surat-surat dalam juz ‘amma dibekali dengan aplikasi online bacaan juz 30 dari beberapa qori internasional dengan harapan aplikasi ini dapat menemani jama’ah dalam menghafal dan menikmati keindahan suara para qori sehingga menimbulkan kecintaan yang mendalam terhadap Al-Qur’an.

Dalam pelaksanaan pembelajaran ini, 37 surat dalam juz 30 itu dibagi menjadi 4 bagian sesuai dengan tingkat kemudahan dan panjang pendeknya. Dimulai dari 13 surat dari at-Takatsur – An-Naas. Kemudian 9 surat dari Adh-Dhuhaa – Al-Qori’ah. Setah itu masuk ke surat yang panjang 6 surat dari Al-A’laa – Al-Lail. Dan terakhir surat yang lebih panjang sebanyak 9 surat dari An-Naba’ – Arh-Thoriq.

Pembagian semacam ini tidak lepas dari pembagian para ulama Al-Qur’an terhadap surat yang berayat 100 ke bawah yang disebut dengan surat-surat al-mufashshalat. Ada yang panjang (thiwal al-mufashshol) yaitu dari surat Qof – An-Naba’, ada yang sedang (wasath al-mufashshol) yaitu dari An-Naba’ – Adh-Dhuha dan ada yang pendek (qishor al-mufashshal) yaitu dari Adh-Dhuha – An-Naas.

Program ini memberikan manfaat yang sangat besar bagi lansia khususnya. Ketika mereka tidak memungkinkan untuk menghafal 30 juz Al-Qur’an, maka dapat diikhtiarkan untuk bisa menghafal juz 30.

Dengan intensitas kebersamaan dengan Al-Qur’an, para lansia diharapkan menjadi tenang dan nyaman dalam beribadah di episode terakhir hidupnya. Karana membaca Al-Qur’an adalah sebaik-baik sarana mengingat Allah SWT yang membuat seseorang menjadi tenang, tenang hatinya, tenang pikirannya tenang pula sikap dan perilakunya.

Di samping itu program ini akan membuat para lansia semangat ke masjid untuk belajar dan beribadah. Termotivasi pula untuk memperbanyak shalat sunah, karena harus mereviu hafalannya (muraja’ah) agar semakin kuat tersimpan di hati sanubari dan alam pikirannya. Dengan demikian program ini mengantarkan para lansia untuk berasyik mahsyuk dengan Al-Qur’an dalam shalat maupun di luar shalat yang terus berlangsung hingga akhir hayat.

Evaluasi Program

Program ini sudah tentu masih dalam tahap uji coba yang lahir dari ide sederhana yang coba diaplikasikan dalam inovasi layanan keagamaan berbentuk bimbingan dan penulisan agama Islam. Banyak hal yang harus dibenahi, dalam satu tahun pelaksanaan program ini ada beberapa hal yang perlu dievaluasi untuk perbaikan ke depan, di antaranya:

  1. Kecenderungan lansia untuk sekedar mendengar dan enggan mencatat terutama saat tadabbur ayat.
  2. Tidak hadir secara intensif dalam pertemuan yang dilaksanakan meskipun tidak terlalu banyak yang melakukannya.
  3. Sebagian jama’ah lansia belum bisa membaca Al-Qur’an dengan lancar. Sementara program ini didesain untuk para lansia yang sudah mampu membaca Al-Qur’an.
  4. Program ini belum dikelola dengan baik khususnya dalam melibatkan jama’ah untuk menjadikan program ini secara klasikal di mana terdapat pengorganisian yang baik dari para jama’ah untuk saling memotivasi dalam mengikuti program ini.

Namun demikian selalu ada hikmah dan keberkahan di balik setiap upaya meningkatkan literasi Al-Qur’an yang diimani sebagai kalam Ilahi. Dengan program ini lansia semakin dekat dengan Al-Qur’an dalam ragam interaksi, membaca, menghafal, tadabbur dan mengamalkan nilai-nilai Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.

Karena itu penulis merekomendasikan untuk bisa dilanjutkan dan dikelola lebih baik lagi dengan inovasi dan inisiasi dalam rangka jihad memberantas kebodohan dan keawaman terhadap Al-Qur’an. Semoga dengan terlibat dalam program ini, kita berharap mendapat syafa’at Al-Qur’an kelak di akhirat, aamiin.

*) Mahasiswa Magister Manajemen Inovasi Universitas Teknologi Sumbawa;      Sekretaris PDM Kota Batu; Muballig CMM Malang Raya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *