Z-Tea, Sebuah Upaya Menyentuh Generasi Z
oleh : Azizah Herawati (Ketua Dept. Literasi POKJALUH Jateng)
Moderanesia.com – Awalnya banyak yang masih salah-salah dalam menyebut istilah ini. Saya kira tulisannya Zee Tea. Karena di awal memang begitu yang dituliskan oleh Mbak Nana dari Seksi Pentasarufan Baznas Kabupaten Magelang. Saat Mbak Nana meminta kami, para penyuluh agama Islam untuk mengusulkan tiga mustahik dari setiap kecamatan yang siap mengelola usaha, istilah itulah yang kami rekam.
Ternyata setelah ikut acaranya, saya baru paham jika yang betul adalah Z Tea. Meski tadi saat saya bertugas sebagai MC juga masih kurang tepat menyebutkannya. Untung acara seremonialnya tidak terlalu formal, jadi santai aja. Malah tanpa sadar orang -orang di tempat acara ikut mengartikulasikan di lisan masing-masing. Jadi maksudnya adalah Z itu akronim dari Zakat. Sedangkan Tea diartikan dari bahasa Inggris berarti teh. Karena program ini memang tentang penjualan teh kekinian dengan berbagai rasa yang menarik.
Z Tea merupakan salah satu metode pentasarufan zakat, infak dan sedekah dengan sasaran tulang punggung keluarga yang belum punya kerjaan tapi siap untuk berdaya. Mereka akan diberi modal oleh Baznas untuk menjadi penjual teh dengan merk Z Tea. Tak tanggung-tanggung, selain mendapatkan pelatihan cara meracik, mengolah, menyajikan sampai detil pengelolaan keuangannya dari ahlinya, mereka juga mendapatkan berbagai peralatan sekaligus gerobaknya, sampai bingung membawanya. Semuanya gratis karena mereka adalah mustahik. Namun, juga ada perjanjian jika mereka tidak melaksanakan usaha, maka akan dialihkan ke orang lain yang lebih berhak.
Alhamdulillah, dengan mendampingi para mustahik yang mengikuti pelatihan ini, saya jadi tahu jika ternyata bikin teh itu ada caranya. Untuk mendapatkan cita rasa yang menggoda, teh harus diracik khusus dan mengolahnya pun harus cermat. Maklum, selama ini hanya kenal teh seduh Tjathoet ijo atau Tongji saja. Sesekali bikin teh celup Sariwangi atau Tongji yang didapat dari THR yang nggak habis-habis. Jadi rasanya ya gitu-gitu aja. Meski ada juga yang fanatik harus Tjathoet ijo. Kalau nggak ada ya terpaksa Poci atau lainnya. Tentu saja tak semantap Tjathoet ijo yang baru diseduh.
Saya pun baru sadar jika branding Z Tea itu benar-benar kekinian. Ketika saya posting tulisan sunnah bulanan di komunitas menulis Rumah Virus Literasi yang saya ikuti, ternyata banyak yang merespon positif. Salah satunya mengatakan,”Pilihan namanya keren. Dekat dengan yang kekinian, gen Z”. Sementara yang lain berkomentar dan menyisipkan doa,”Tulisan bagus, aktivitasnya menarik semoga diberi kesuksesan”. Ada lagi yang merespon positif dan bikin semangat,”Alhamdulillah, ada peluang full barokah untuk mengais rezeki lewat Z Tea”. Maestronya komunitas pun tak mau kalah dengan komen ala Gen Z,”Woeeee!!” yang diiringi emoticon jempol berjajar.
Semoga ini menjadi ikhtiar yang tepat untuk membangkitkan ekonomi para mustahik. Sehingga mereka bisa tersenyum penuh semangat menggapai masa depan yang lebih baik. Tentu kita semua berharap melalui program kekinian yang menyentuh generasi Z ini benar-benar menarik minat para konsumen. Tak sebatas generasi Z, tapi menyentuh semua segmen.
Buat Anda peminat teh kekinian, silakan kunjungi outlet para mustahik yang tersebar di 21 kecamatan di Kabupaten Magelang. Teh-nya khas, karena jika habis mereka juga harus membeli di Baznas Kabupaten Magelang. Tujuannya tak lain agar kualitas tetap terjaga. Begitu pula cup-nya, karena jelas bertuliskan ” Belanjamu Sedekahmu”. Inilah yang akan jadi daya tarik para konsumen yang tak pernah terpikirkan sebelumnya. Selamat dan semangat untuk para mustahik. Terimakasih, Baznas…..
Baju putih bergambar nanas
Kain batik sungguh menawan
Terimakasih kepada Baznas
Moga mustahik semakin mapan