Hal yang Dicintai dan Dilupakan Manusia
Oleh : Moch Taufiqurrohman (PAIF Kab Kendal)
Teks Hadis
سَيَأْتِيْ زَمَانٌ عَلَى اُمَّتِيْ يُحِبُّوْنَ خَمْسًا وَيَنْسَوْنَ خَمْسًا يُحِبُّونَ الدُّنْيَا وَيَنْسَوْنَ الْعُقْبَى وَيُحِبُّوْنَ الدُّورَ وَيَنسَوْنَ الْقُبُوْرَ وَيُحِبُّوْنَ الْمَالَ وَيَنْسَوْنَ الْحِسَابَ وَيُحِبُّوْنَ الْعِيَالَ وَيَنْسَوْنَ الْحُوْرَ وَيُحِبُّوْنَ النَّفْسَ وَيَنْسَوْنَ اللهَ هُمْ مِنِّي بَرَاءٌ وَاَنَا مِنْهُمْ بَرِيْئٌ
“Akan datang suatu masa pada umatku dimana pada masa itu mereka mencintai lima perkara dan melupakan lima perkara. Mereka mencintai dunia dan melupakan (amal) untuk kehidupan akhirat. Mereka mencintai rumah (bangunan yang megah) dan melupakan kubur. Mereka mencintai harta dan melupakan pertanggung jawabannya pada yaumul hisab. Mereka mencintai keluarga dan melupakan bidadari (pada kehidupan yang akan datang). Mereka mencintai nafsu (dirinya sendiri) dan melupakan Allah. Mereka itu jauh dariku dan aku jauh dari nya.”
Dari apa yang disabdakan Rasulullah SAW ini, ada lima hal yang bisa dijadikan renungan dalam hidup ini.
Mencintai dunia dan melupakan siksa akhirat
Sungguh mencintai dunia dan melupakan akhirat akan melalaikan hidup serta membutakan hati. Cinta pada dunia akan berakibat kerugian, diantaranya yaitu akan timbul keraguan di dalam hati secara terus-menerus, selalu merasa kekurangan, selalu disibukkan dengan berbagai masalah dan selalu diganggu dengan keinginan-keinginan yang tiada henti.
Hidup memang indah dan nikmat. Karena nikmatnya itu, tidak sedikit orang tenggelam didalamnya seolah-olah akan hidup selama-lamanya di dunia ini. Dan seringkali manusia lupa pada tujuan hidup yang sebenarnya yaitu mengabdi kepada Allah SWT.
Disamping itu, rasa lezatnya duniawi, seringkali menjadikan mereka alergi dan takut mendengar kata “mati”, bahkan mati menjadi sesuatu hal yang dibenci.
Mencintai rumah (gedung megah) dan melupakan kubur
Banyak orng mencintai rumah (gedung megah)dengan cara membangun rumah yang besar yang dibentengi dengan tembok. Tinggal di rumah mewah tidak dilarang dalam Islam, namun hendaknya kita harus mengingat akan tempat tinggal ketika kematian telah menjemput, yakni alam kubur. Ia merupakan tempat permulaan dari akhirat dan tempat terakhirnya di dunia.
Sebagai upaya mengendalikan ambisi keduniaannya (kekuasaannya), manusia dianjurkan untuk berziarah kubur. Sebab ziarah kubur merupakan obat yang manjur bagi orang-orang berhati keras. Ziarah kubur akan mengingatkan manusia pada kematian dan kehidupan di akhirat.
Mencintai harta dan melupakan hisab
Banyak orang yang menganggap harta itu sangat berharga, namun perlu diketahui harta tidak lebih berharga dari pada keridhoan Allah, kemuliaan agama, dan kehormatan diri. Karena segala sesuatu yang kita miliki, termasuk harta akan dihisab (dimintai pertanggung jawaban). Dari mana harta diperoleh dan untuk apa harta itu digunakan.
Banyak manusia mengira bahwa pangkal kebahagiaan adalah memiliki harta yang banyak. Kalau tidak berharta, maka tidak akan memperoleh kebahagiaan. Untuk itu, kita harus pandai-pandai mendudukan harta pada fungsinya yang proposional sesuai dengan tuntunan agama. Semua yang dimiliki kelak akan dimintai pertanggungjawabannya di hadapan Allah SWT.
Mencintai keluarga dan melupakan surga
Allah SWT telah mengingatkan manusia bahwa keluarga (istri dan anak) bisa menjadi musuh di hari pembalasan. Permusuhan diantara anggota keluarga bisa terjadi karena mereka lalai dari beramal saleh.
Keluarga bisa saja membuat seseorang memutuskan tali silaturahmi dan menjadi durhaka kepada Allah. Dia tidak mampu menolak keinginan keluarga yang sudah melanggar syari’at Allah karena terlalu cinta. Keluarga dapat menjadi musuh manakala kecintaan kepada keluarga mengalahkan kecintaan kepada Allah SWT.
Ketika keluarga meminta sesuatu, sementara dia tidak mampu memenuhinya maka segala cara dilakukan untuk mengabulkan permintaan tersebut. Halal dan haram bukan lagi ukuran bagaimana harta itu diperoleh.
Mencintai nafsu dam melupakan Allah
Hawa nafsu pasti membawa manusia kepada jalan yang tidak diridhoi Allah SWT. Mengikuti hawa nafsu menjadikan manusia lalai. Mengikuti hawa nafsu merupakan sumber kekafiran dan kebinasaan.
Begitulah kecenderungan manusia dalam lika-liku perjalanan mengisi hidupnya. Nilai kebaikan (ibadah) yang menjadi tujuan manusia diciptakan, seringkali tergerus zaman, hawa nafsu yang menyesatkan, memupus kebaikan, membutakan mata hati, merendahkan harga diri dan menelantarkan kebenaran. Hanya manusia yang dirahmati Allah yang akan tampil menjadi manusia kuat dan sabar, mampu berjalan dengan perkasa melawan gelombang fitnah, menepis bisikan busuk dan menghancurkan pilar-pilar kesesatan yang menghalanginya untuk sampai pada kemuliaan.
Di akhir hadits ini Rasul Menyampaikan :
هُمْ مِنِّي بَرَاءٌ وَاَنَا مِنْهُمْ بَرِيْئٌ
“Mereka itu jauh dariku / dan aku jauh darinya.”
Semoga kita bisa menjaga diri dari mencintai dunia sehingga tidak melupakan (amal) untuk kehidupan akhirat dan kita termasuk golongan dari orang-orang yang selamat baik di dunia maupun di akhirat. Amin