Pembinaan Pildacil dalam Rangka Menanamkan Akhlak Anak Sejak Dini
Oleh : Tini Hayatur Rohmah (PAIF Kab Banyumas)
Moderanesia.com – Anak adalah asset yang sangat berharga dan merupakan generasi muda harapan bangsa untuk meneruskan perjuangan para pendahulu kita terutama ulama yang semakin langka keberadaannya. Apalagi zaman sekarang pengaruh teknologi semakin mengkhawatirkan sehingga anak-anak lebih suka main hp daripada belajar, mengaji dan aktifitas lainnya. Ini merupakan tantangan kita sebagai orang tua untuk bisa mendidik dan mengarahkan serta mengawasi agar tidak kecanduan gadget yang berlebihan sehingga mempengaruhi karakternya. Karakter tidak lain adalah perwujudan akhlak yang dilakukan sebagai akhir dari pembinaan dan pembimbingan. Pembentukan akhlak melalui proses panjang dengan memberikan pemahaman, penghayatan, dan pengamalan. Jika terbentuk akhlak mulia maka secara otomatis terbentuk pula karakter yang baik.
Akhlak merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan jatuh bangunnya seseorang, bangsa maupun negara. Kejayaan seseorang, masyarakat, bangsa dan negara sangat tergantung oleh akhlaknya. Dengan akhlak yang baik seseorang akan mendapat kedudukan dalam lingkungan dan masyarakat, karena ruang lingkup akhlak bukan hanya sekedar sopan santun atau tata krama lahiriyah saja, seperti cara berbicara, cara bersikap dan bertingkahlaku sehari-hari. Tetapi akhlak tersebut juga menyangkut masalah yang bersifat rohaniah, yaitu terisinya hati seseorang dengan sifat utama, seperti bertanggung jawab, adil, sabar, pemaaf dan terhindar dari sifat yang merusak seperti sombong, irihati, dengki, dan lainnya. Penanaman akhlak pada anak sejak dini menjadi sebuah tuntutan yang kini menjadi sangat urgen. Generasi sekarang yang masih tumbuh besar yang juga disebut generasi Z memiliki karakteristik yang sangat berbeda dengan generasi sebelumnya. Mereka memiliki kemampuan menjalankan berbagai alat teknologi digital yang tidak mungkin terelakan. Mereka sangat sibuk dengan aktivitas bersama mainannya dengan basis internet. Jika tidak dibentengi dengan akhlak yang kuat maka dapat menjadi ancaman yang serius bagi kelangsungan hidupnya. Akan menjadi boomerang bagi pengembangan pendidikan khususnya.
Peran orang tua dan guru sangat dibutuhkan untuk menyelamatkan generasi muda kita. Agar tidak terlena dengan pengaruh zaman yang semakin kuat pengaruh teknologinya. Jika tidak ada kepedulian terhadap anak-anak kita, bisa dipastikan ke depan akhlak generasi kita akan merosot dan akan terjadi degradasi akhlak anak-anak karena kurangnya bimbingan dan arahan dari kita para orang tua maupun pendidik.
Orangtua adalah orang pertama yang mengajarkan pendidikan kepada anaknya, dari mulai balita , anak-anak hingga dewasa. Namun, ada juga orangtua yang tidak dapat membimbing anak lagi dalam belajar karena dengan alasan sudah sekolah dan ada guru yang mengajar, ataupun karena sibuk. Nah, disinilah harus dilakukannya suatu evaluasi , dimana orangtua tidak bisa terlepas membimbing anaknya dalam belajar walaupun anak sudah sekolah dan ada guru yang mengajar ketika di sekolah, tetapi orangtua harus tetap membimbing belajar anak dan memantau kegiatan sehari-hari anak. Guru, memang mereka adalah orangtua kedua bagi anak apabila di sekolah dan guru akan mengajar dan membimbing anak kita di sekolah , selain itu seharusnya adalah tanggung jawab orangtua di rumah . Nah, disinilah mengapa begitu pentingnya peran orangtua dalam pendidikan anak.
Peran orangtua dalam pendidikan anak sangat penting, dengan perhatian dan support yang akan membuat anak semangat, apalagi saat masa pandemic kemarin yang pembelajarannya dilakukan dengan jarak jauh, pasti akan membutuhkan orangtua dalam membimbing belajar , terutama anak SD yang benar-benar harus terus dibimbing. Beberapa hal penting yang harus dilakukan orangtua diantaranya membangun komunikasi yang baik dengan anak, senantiasa menjadi pendengar setia bagi anak, bisa mendengar keluhan atau curhatan anak, kebahagiaan dan keseharian anak, memperhatikan pergaulan anak sehari-hari, mengatur waktu anak, memberikan perhatian dan waktu kepada anak, menjadi guru saat di rumah.
Peran sekolah/ madrasah juga tidak kalah penting dalam membentuk akhlak mulia anak. Melalui berbagai cara atau program keunggulan madrasah juga sesungguhnya sangat strategis. Sebab biasanya anak-anak akan mudah diatur dan diarahkan oleh gurunya.
Hidup tidak bisa lepas dari pendidikan, karena manusia diciptakan bukan sekedar untuk hidup, ada tujuan yang lebih mulia dari sekedar hidup yang mesti diwujudkan, dan itu memerlukan ilmu yang diperoleh lewat pendidikan. Inilah salah satu perbedaan antara manusia dengan makhluk lain, yang membuatnya lebih unggul dan lebih mulia. Pendidikan dipandang sebagai salah satu aspek yang memiliki peranan pokok dalam membentuk generasi mendatang. Dengan pendidikan diharapkan dapat menghasilkan manusia yang berkualitas dan bertanggung jawab serta mampu mengantisipasi masa depan. Pendidikan dalam maknanya yang luas senantiasa menstimulir, mengerti dan membimbing perubahan- perubahan dan perkembangan hidup serta kehidupan umat manusia. Pendidikan agama Islam sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah umum mempunyai peranan yang sangat signifikan dalam menentukan moral akhlak dan etika peserta didik yang sekarang ini pada titik terendah dalam perkembangan masyarakat.
Kegagalan pendidikan agama untuk membuat dan menciptakan peserta didik yang berkarakter atau berkepribadian Islami tidak lepas dari kelemahan, faktor utama pendidikan Islam di kelas, yakni kelemahan pendidik dalam mengemas dan mendesain serta membawa mata pelajaran ini kepada peserta didik, ditambah lagi kurangnya penguasaan manajemen modern bagi guru pendidikan agama Islam dalam melaksanakan proses pembelajaran di sekolah, sehingga sampai saat sekarang ini sulit dikontrol dan di evaluasi keberhasilan dan kegagalannya. Padahal kualitas itu seharusnya menjadi pegangan dalam melaksanakan proses pendidikan agama Islam, dari tingkat input kemudian outputnya. Secara khusus tujuan pendidikan Islam di tingkat SD/MI hingga tingkat Sekolah Menengah Atas bertujuan sebagai berikut : 1. Menumbuh kembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengalaman, pembiasaan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia yang terus berkembang keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah Swt. 2. Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia, yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi (tasamuh) menjaga kehormatan secara personal serta mengembangkan budaya agama dalam komunitas sekolah.
Harus disadari bahwa segala pendidikan akan mengalami suatu masalah, baik itu masalah dari anak didik maupun dari guru bahkan juga dari pihak pemerintah yang selalu minim memberikan fasilitas-fasilitas untuk menunjang pendidikan yang ada di negara kita ini. Kemudian juga harus dipahami sebagai seorang guru selalu dituntut untuk menjadi guru yang profesional. Sering ditemukan masalah-masalah dalam mendidik anak disekolah, terutama masalah tingkah laku atau akhlak anak itu sendiri. Dan masalah tingkah laku ini yang sangat mencolok di dunia pendidikan. Dengan demikian seorang guru harus mampu menangani anak tersebut dalam membina akhlaknya.
Menurut Zakiyah Daradjat bahwa unsur-unsur pokok yang perlu diperhatikan dalam masalah belajar adalah sebagai berikut : 1. Kegairahan dan kesediaan untuk belajar. 2. Membangkitkan minat siswa. 3. Menumbuhkan sikap dan bakat yang baik. 4. Mengatur proses belajar mengajar. 5. Berpindahnya pengaruh belajar dan pelaksanaannya dalam kehidupan. 6. Hubungan manusiawi dalam proses belajar mengajar. Sebelum mengajar seorang guru sudah dibekali dengan berbagai keterampilan dan sikap keguruan yang dianggap perlu menjadi milik seorang guru yang akan menjadi seorang guru atau pendidik. Guru sebagai figur sentral dalam dunia pendidikan, khususnya dalam proses belajar mengajar. Sehubungan dengan ini, setiap guru sangat diharapkan memiliki karakteristik (ciri khas) kehidupan yang ideal sesuai dengan persyaratan yang bersifat psikologis-paedagogis. Guru memiliki peran ganda, yakni sebagai pengajar sekaligus sebagai pendidik. Dalam rangka mengembangkan peran gandanya, maka Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi mengutip pendapat Zakiyah Daradjat yang menyarankan agar guru memiliki persyaratan kepribadian sebagai guru yaitu : “Suka bekerja keras, demokratis, penyayang, menghargai kepribadian peserta didik, sabar, memiliki pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman yang bermacam-macam, perawakan menyenangkan dan berkelakuan baik, adil dan tidak memihak, toleransi, mantap, dan stabil, ada perhatian terhadap persoalan peserta didik, lincah, mampu memuji perbuatan baik dan menghargai peserta didik, cukup dalam pengajaran, mampu memimpin secara baik”. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilanketerampilan pada siswa.
Tugas guru tidak terbatas pada memberikan informasi kepada murid namun tugas guru lebih kompherensif dari itu. Selain mengajar dan membekali murid dengan pengetahuan, guru juga harus menyiapkan mereka agar mandiri dan memberdayakan bakat murid di berbagai bidang, mendisiplinkan moral mereka, membimbing hasrat dan menanamkan kebajikan dalam jiwa mereka. Guru harus menunjukkan semangat persaudaraan kepada murid serta membimbing mereka kepada jalan kebenaran agar mereka tidak melakukan perbuatan yang menyimpang dari ajaran-ajaran agama.
Faktor guru sangat mendukung dalam mendidik perilaku siswa. Hal ini disebabkan karena guru merupakan Suri Tauladan bagi siswanya. Jika seorang guru agama bertingkah laku dengan baik, maka siswanya akan mencontoh perilaku tersebut. Akan tetapi sebaliknya jika guru agama tidak memberikan contoh yang baik, maka siswanya juga akan meniru kelakuan tersebut. Dalam hal ini Zuhairini mengutip pendapat Athiyah Al-Abrosyyi yang menyatakan bahwa : “Hubungan antar murid dengan guru seperti halnya bayangan dengan tongkatnya. Bayangan tidak akan terlihat lurus apabila tongkat itu berdiri bengkok yang artinya bagaimana murid akan menjadi baik, apabila gurunya tidak berkelakuan baik. Dalam pepatah bahasa Indonesia dikatakan bahwa guru kencing berdiri, murid kencing berlari yang artinya murid akan mencontoh apa yang telah dilakukan gurunya”. Berdasarkan uraian di atas bahwa dalam dunia pendidikan pertama sekali yang harus dibina adalah masalah akhlak anak, karena hal ini adalah tujuan daripada pendidikan di Indonesia. Dengan demikian guru harus lebih profesional untuk membina, membimbing anak itu untuk menjadi manusia yang berakhlak mulia. Kemudian seorang guru sebelum membina kepribadian anak, terlebih dahulu guru harus menunjukkan dan memberikan kepribadian yang baik pula.
Sebagai salah satu bentuk bimbingan dan pembinaan pada anak-anak sebagai generasi muda penerus perjuangan para Ulama adalah pembinaan pildacil pada anak-anak sekolah, baik di SD maupun MI, bahkan anak-anak tingkat sekolah menegah. Hal ini dilakukan sebagai wujud kepedulian terhadap generasi muda. Bimbingan ini rutin dilakukan khususnya ketika menghadapi lomba baik di tingkat desa, kecamatan, kabupaten bahkan saat maju tingkat provinsi.
Dalam mempersiapkan lomba tersebut tentu melalui proses pemilihan siswa berbakat yang memiliki kemampuan komunikasi verbal secara baik. Biasanya para guru sekolah bersangkutan telah memiliki nama untuk diajukan sebagai peserta lomba. Namun demikian, perlu diseleksi dengan tes wawancara dan keterampilan membacanya. Setelah menentukan siswa, pembimbing mendalami materi ceramah atau lomba dan memberikan penanaman nilai-nilai yang terkandung dalam naskah yang disusun sebelumnya.
Penyusunan naskah juga sangat penting memperhatikan usia anak, tema, judul, dan gaya bahasanya. Misalnya untuk anak SD kelas 3 tentu berbeda dengan naskah untuk kelas 6. Kedalaman materi naskah pildacil juga harus disesuaikan dengan usianya. Adapun teknik membimbing yang dilakukan biasanya di waktu jam dinas sesuai jadwal yang disepakati dengan pihak sekolah agar lebih efektif dan tidak mengganggu sekolah dan kegiatan lainnya yang pokok. Pembimbing tidak hanya sekedar membaca dan menghafal tapi anak-anak juga untuk bisa memahami naskah yang telah dibuat agar bisa menghayati apa yang disampaikan nantinya.
Ketika siswa telah mampu menghafalkan naskah, kemudian dilakukan pembimbingan dalam menyampaikan isi naskah pildacil. Penguasaan materi naskah menjadi hal utama dalam membimbing. Kemudian gerak tubuh yang harmonis dengan isi, sehingga akan lebih hidup dan mengena untuk dipahami audience. Mulai dari pemberian naskah untuk menghafal hingga siswa siap menampilkan dalam lomba dibutuhkan waktu 1-2 minggu. Dalam kegiatan ini harus ada kerja sama antara siswa, guru, pembimbing, dan orang tua. Jika keempat komponen dapat bekerja sama dengan baik, maka kesiapan untuk menghadapi lomba lebih cepat. Sebagai contoh, ketika pembimbing tidak ada waktu membimbing pada jam kerja, orang tua sudi mengantar anaknya ke rumah pembimbing untuk dilatih pada sore atau malam hari.
Beberapa kendala saat membimbing persiapan lomba pildacil antara lain sebagai berikut:
- Kurangnya dukungan orang tua di rumah.
- Anak sulit menghafal naskah dan memahaminya.
- Kurangnya waktu untuk menghafal dan menguasai materi.
- Kurangnya dukungan sekolah baik berupa tersedianya waktu/ kesempatan maupun fasilitas lainnya.
- Kurangnya rasa percaya diri pada anak untuk tampil dan berbicara walau hanya di depan teman sendiri saat latihan bersama.
- Momen dan waktu yang kurang pas untuk berlatih dan bimbingan pada anak.
- Kecerdasan anak-anak yang berbeda-beda satu sama lain.
- Tempat yang kurang representative.
- Kurang fasikh dalam melafalkan ayat-ayat al Qur’an maupun hadits dan kata-kata hikmah.
- Kurangnya konsentrasi anak karena bermain-main terus.
- Sifat anak yang mudah marah, ngambek (pundungan) saat dibimbing dan mudah patah semangat.
- Anak kurang semangat (tidak mood) sehingga tampilnya kurang maksimal.
- Kurang memperhatikan pembimbing, karena ngobrol dengan teman-temannya.
- Tidak didampingi oleh Guru kelas pembimbing utama saat di sekolah.
Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut maka yang perlu pembimbing lakukan:
- Pendekatan kepada orang tua dalam rangka meminta dukungan tehadap anaknya.
- Memberikan trik atau tips mudah menghafal dan memahami naskah.
- Menyiapkan naskah secepat mungkin agar anak lebih awal menghafalnya.
- Sekolah menyediakan waktu khusus anak-anak untuk berlatih dan mengikuti bimbingan baik dari guru kelasnya maupun dari kita (pembimbing).
- Menempa mental anak terlebih dahulu sebelum dibimbing lebih lanjut.
- Dilakukan kesepakatan anatara pihak-pihak yang terlibat dalam bimbingan pildacil ini.
- Dibimbing secara personal agar mudah menghafal dan memahami naskah perlahan-lahan.
- Tersedianya tempat khusus yang tidak terganggu oleh bisingnya suara anak-anak di kelas yang lain.
- Dibimbing secara personal dan perkata secara berulang-ulang sampai fasikh melafalkannya.
- Dipisahkan antara anak yang serius dan suka bermain-main terus saat bimbingan sehingga tidak mengganggu teman yang lain.
- Pendekatan secara personal dengan sabar kepada anak tersebut (pundungan) dan memberikan reward.
- Pemanasan terlebih dahulu dengan pendekatan pada anak-anak satu persatu dan menanyakan keadaannya, hobi ataupun kesukaan-kesukaannya serta diberikan rangsangan berupa hadiah yang menarik contohnya uang saku ataupun mainan anak-anak jika juara nanti.
- Untuk mengatasi kebosanan pada anak-anak, pembimbing melakukan refresing berupa cerita atau candaan yang memancing tawa anak-anak sehingga mereka kembali fokus.
- Diharapkan saat anak-anak berlatih, ustadzah atau guru pendanping untuk ikut serta sehingga anak-anak merasa nyaman dan semangat karena didukung.
Dari bimbingan yang dilakukan telah mencapai beberapa prestasi dari tingkat desa, kecamatan, kabupaten sampai ke tingkat provinsi. Prestasi ini diraih dari lomba pildacil di berbagai lomba misalnya MAPSI, AKSIOMA, FASI, PAIS dan momen lomba lainnya. Banyak piala dan piagam yang diraih dari hasil lomba-lomba ini yang dipajang baik di sekolah-sekolah dasar maupun madrasah-madrasah dan sekolah menengah yang diduplikasi oleh anak untuk dipajang di rumah sebagai kebanggaan. Judul materi yang dilombakan sesuai tema dalam juknis lomba, ada materi tentang sholat, puasa, zakat, ibadah, birrul waalidaini, pendidikan, juga sesuai momen hari-hari besar Islam dan Nasional.
Manfaat bimbingan pildacil bagi para siswa, di antaranya:
- Anak lebih percaya diri dan semangat.
- Anak lebih agamis dibandingkan sebelumnya.
- Anak lebih dewasa dan memiliki sopan santun.
- Anak lebih berprestasi tidak hanya dalam pildacil tapi juga dalam bidang lainnya.
- Mental anak lebih kuat dan pemberani untuk tampil.
- Anak semakin mudah diatur dan lebih tanggungjawab.
- Anak semakin rajin ibadah, disiplin dan berbakti kepada orang tua serta guru.
- Anak semakin bangga pada dirinya dan juga sekolahnya.
- Anak semakin paham agama dan sejarah Islam.
- Anak lebih baik dan tertata dalam berbicara, bersikap dan bertingkah laku sehari-hari.
- Anak jadi contoh bagi anak-anak yang lainnya karena akhlak dan prestasinya.
- Anak semakin membanggakan orang tua dan guru.
Banyak manfaat dari bimbingan dan pembinaan pildacil ini seperti tersebut tadi dan yang pasti akhlak anak semakin bagus karena secara langsung dia menasehati dirinya sendiri di samping menyampaikan dakwah nasehat kepada orang lain melalui lomba dai cilik itu. Ada testimoni hasil bimbingan pildacil dari beberapa Sekolah yang telah berhasil sukses juara dalam lomba pildarem, menjadi penceramah saat bulan Ramadhan juga mengajar ngaji anak-anak di TPQ dan pengajian anak-anak. Ilmu yang didapat dari hasil bimbingan pildacil masih melekat sehingga saat lomba pildarem dia menampilkan materi yang didapatkan saat dia di SD dulu. Berani tampil mengisi pengajian di taraweh keliling dengan modal bimbingan saat akan lomba pildacil di SD, bahkan ada yang menggunakan hasil bimbingan pildacil dan materinya tidak hanya untuk satu lomba tapi berbagai lomba di beberapa tempat sampai dia remaja masih ikut lomba dengan memoles atau mengedit materi bimbingan pildacilnya