KeluargaMATERI

Menjaga Diri dari Perangkap Cinta Dunia

Berbagi yuks..

Oleh : Nur Budi Handayani (Ketua Badko LPQ Kab. Temanggung )

TEKS AYAT

Allah SWT berfirman dalam QS Al Hadiid ayat 20 :

اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ ۖ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا ۖ وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ ۚ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ

“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.”

Saat ini kita melihat bagaimana materialisme mewarnai pola hidup masyarakat, bahkan banyak yang terjebak pada hidup berlebih-lebihan serta mengejar kemewahan duniawi semata. Sangat jauh dari hidup bersahaja dan sederhana yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW.

Padahal kita tahu bahwa hidup di dunia ini hanya sementara dan fana. Kehidupan di dunia bagaikan sebatang pohon yang tumbuh, berkembang, berbuah, layu dan akhirnya mati menyatu dengan tanah. Namun demikian banyak diantara kita yang tetap menjadikan hal-hal material dunia sebagai tujuan hidup.

Sejarawan muslim, Ibnu Khaldun melihat kemunduran Islam diantaranya disebabkan oleh faktor internal berupa kecintaan berlebihan pada dunia. Faktor internal yang banyak menghambat kemajuan peradaban  Islam adalah menguatnya materialisme, kecintaan pada dunia, kemewahan, dan hal-hal yang berhubungan dengan materi. Materialisme membuat muslim terlena, mengabaikan ilmu dan agama, tidak merasa melanggar ajaran aagama demi mengejar kemewahan dunia.

Imam Najmuddin an-Nasafi menafsirkan ayat di atas bahwa;

Pertama La’ibun secara bahasa berarti sebuah permainan. Permainan merupakan kata yang menunjuk pada tidak adanya keseriusan. Dengan kata lain, bahwa kehidupan di dunia ini bukanlah sesuatu yang benar-benar hakiki, bisa urusan keduniawian hanya kamuflase belaka.

Kedua lahwun adalah sifat lalai yang terdapat dalam diri manusia, lalai karena tidak terbiasa berpikir panjang atau sengaja tidak mau berpikir panjang. Apa yang dilakukan selalu menurut tuntutan hawa nafsu.

Ketiga zinatun, bahwa dunia ini adalah perhiasan semata. Dunia seisinya tidak lebih dari asesoris kehidupan yang hakiki. 

Selanjutnya yang keempat, tafakhurun baynakum artinya dunia menjadi tempat untuk saling bermegah-megahan. Segala hal bisa dijadikan ajang untuk saling mengunggulkan diri sendiri, baik itu ilmu, kekayaan, keturunan, jabatan dan sebagainya. Berikutnya takatsurun fil amwal dan takatsurun fil aulad, bahwa dunia ini adalah tempat memperbanyak harta dan keturunan.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda;

“Perbandingan dunia dan akhirat seperti orang yang mencelupkan jari tangannya ke dalam laut, lalu diangkatnya dan dilihatnya apa yang di perolehnya.” (HR. Muslim dan Ibnu Majah).

Air yang melekat di ujung jari seperti kehidupan dunia dan yang di lautan itulah perumpamaan hidup di akhirat. Sungguh tidak sebanding antara kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat.  Karena itu Allah mengingatkan kita agar jangan terlena dengan kekayaan dan kemewahan material duniawi. Jika diamanahi harta atau jabatan, maka pergunakanlah untuk memperbaiki derajat kehidupan di akherat.

Sangat merugi jika seorang muslim tujuan hidupnya hanya fokus pada harta, pangkat, dan kemewahan dunia tanpa orientasi kepada kehidupan ukhrowi. Ketika muslim tidak mengubah orientasi hidup dari hanya memikirkan keduniawian, maka tidak akan menuai apapun dari amal dunia ini kelak di akhirat. Kita akan berada dalam kesengsaraan di akhirat, padahal tahu bahwa kehidupan akhiratlah yang abadi. 

Allah berfirman dalam QS Al Insan ayat 27:

“Sesungguhnya mereka (orang kafir) menyukai kehidupan dunia  dan mereka tidak memperdulikan kesudahan mereka, pada hari yang berat (hari akhirat)” (Al Insan: 27)

Sebaliknya saat seorang muslim memilih untuk mengutamakan kehidupan ukhrowi, maka  kehidupan dunia akan dijalani dengan hati- hati dan waspada. Karena menyadari bahwa segala sesuatu yang disandang di dunia hanya kehidupan sementara. Selanjutnya dia akan mengarahkan semua aktifitas dan upayanya untuk meraih ampunan Allah dan kehidupan yang kekal dan abadi disisiNya. Allah berfirman surat Al  Israa’ ayat 19, yang artinya;

Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik.

Allah akan membalas dengan memasukan mereka yang mencintai akhirat ke dalam taman syurga yang mengalir sungai-sungai dibawahnya, dan mereka hidup kekal abadi selamanya disana. Sebagaimana yang disebutkan Allah dalam surat Ibrahim ayat 23 berikut ini:

“Dan dimasukkanlah orang-orang yang beriman dan beramal saleh ke dalam syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya dengan seizin Tuhan mereka. Ucapan penghormatan mereka dalam syurga itu ialah “salaam”. (Ibrahim 23)

Demikianlah balasan  yang disediakan Allah bagi masing masing kelompok pencinta kehidupan dunia dan pencinta kehidupan akhirat.  Masing masing mereka mempunyai pola dan cara hidup yang berbeda. Mereka bisa kita kenali dengan mudah dari pola hidup dan berbagai kegiatannya didunia ini. Allah membebaskan manusia untuk memilih  kehidupan dunia atau akhirat. Allah telah menurunkan al Qur’an sebagai petunjuk bagi mereka yang menginginkan keselamatan hidup didunia dan akhirat.

Orang yang cerdas,  mau berfikir dan menggunakan akalnya akan berupaya menghindari perangkap  sifat cinta pada dunia. Dia pasti lebih memilih kehidupan akhirat daripada kehidupan dunia. Orang orang yang tidak berilmu mereka tidak peduli dengan kehidupan akhirat. Mereka meremehkan orang yang berhati hati dalam hidupnya dan memilih kehidupan akhirat sebagai tujuan hidup. Mereka baru menyadari kekeliruannya kelak setelah datang kematian dan nyawa mereka telah berpisah dari jasad. Mereka menjalani kehidupan akhirat dengan penuh penyesalan dan penderitaan yang tidak pernah berakhir. Semoga kita menjadi orang yang senantiasa mementingkan kehidupan ukhrowi dan kelak akan menuai kebahagiaan di akhirat.(y)


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *