Ibadah MuamalahMATERI

Dimensi Kesalehan Sosial Dalam Ibadah Puasa Ramadhan

Berbagi yuks..

Oleh : Nunuk Inayatul Ulya, PAIF Kab. Blora

AYAT

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”.

Puasa dalam bahasa Arab disebut shiyam. Sayyid Sabiq menjelaskan bahwa “pada umumnya syiyam atau berpuasa berarti  menahan” (Sayyid Sabiq, 1994 : 161).

Dalam pengertian syara’ (aturan agama Islam) diartikan sebagai suatu bentuk ibadah dengan cara menahan diri dari makan, minum, berhubungan seks, dan lain sebagainya dari sejak terbit fajar sampai terbenam matahari dengan niat untuk mendapatkan ridha Allah SWT dan dalam usaha untuk mempersiapkan menjadi insan yang takwa (Al Zuhaily, 2004 : 84).

Perintah puasa terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat 183 yang tersebut di awal tadi , dimulai dengan ajakan kepada setiap orang yang memiliki iman, walau seberat apapun, untuk sadar akan perlunya melaksanakan ajakan yang dimulai dengan panggilan mesra, “wahai orang-orang yang beriman”.Dilanjutkan dengan menjelaskan kewajiban puasa tanpa menunjuk siapa yang mewajibkannya, untuk mengisyaratkan bahwa apa yang akan diwajibkan ini sedemikian penting dan bermanfaat bagi setiap orang bahkan setiap kelompok, sehingga andaikata bukan Allah SWT yang mewajibkan, niscaya manusia sendiri akan mewajibkan atas dirinya sendiri.

Puasa pada bulan Ramadhan merupakan amal ibadah yang diwajibkan kepada umat Islam yang berakal sehat dan telah mencapai usia baligh. Puasa menurut syariat adalah “menahan dirinya dari syahwat perut dan kemaluan mulai terbit fajar hingga terbenam matahari” (Ahmad Muhammad al-Hushari, 2014 : 76).

Pada dasarnya puasa adalah ajaran yang diwajibkan oleh Islam. Ia merupakan salah satu rukun Islam. Rasulullah SAW telah bersabda, “Islam dibangun di atas lima pondasi: syahadat bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, menunaikan ibadah haji dan melaksanakan puasa Ramadhan (HR Al-Bukhari dan Muslim)” .

Manfaat dalam ibadah puasa yang dikerjakan oleh kaum muslimin itu sendiri akan memperoleh perlindungan Allah  dengan rahmat yang banyak, sebagaimana hadits riwayat Bukhori Muslim dari Abi Hurairoh:

كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِى

Artinya: “Seluruh amalan kebaikan manusia akan dilipatgandakan menjadi sepuluh sampai tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman, “Kecuali puasa. Sebab pahala puasa adalah untuk-Ku. Dan Aku sendiri yang akan membalasnya. Ia (orang yang berpuasa) telah meninggalkan syahwat dan makannya karena-Ku.”

Dalam kajian sejarah agama menurut Abdul Wahid sebagaimana dikutip oleh Ali Ahmad al-Jarjawi menjelaskan bahwa “Puasa adalah ritual tertua dan terkenal yang dikenal oleh sejarah manusia. Tak  ada satu agama pun yang tidak mengenal dan tidak menjadikan puasa sebagai salah satu ritualnya. Syariat yang dianut oleh umat manusia sepanjang perputaran sejarah. Perbedaannya hanyalah dalam hal pelaksanaan berdasarkan umat masing-masing, syariat, latar belakang dan faktor penyebab yang menuntut untuk berpuasa” (Ali Ahmad al-Jarjawi, 2006 : 225).

Puasa menjadi media ampuh untuk membersihkan jiwa, dan merupakan ibadah yang paling efektif untuk mengekang hawa nafsu, menahan dan mengendalikan diri. Karakter ini sangat dibutuhkan untuk semua elemen manusia. Ia dapat meminimalisisr praktek-praktek tercela seperti korupsi, kolusi, nepotisme, suap, dan lainnya. Puasa merupakan ibadah yang ampuh dan efektif, asalkan pelaksanaan puasa tersebut dilakukan dengan dasar iman yang mantap kepada Allah SWT.

Adapun dimensi sosial dalam ibadah puasa sangat kentara bisa ditilik dari beberapa hal berikut;

1. Orang yang berpuasa dituntut diri untuk menahan haus dan lapar dari semenjak terbit fajar hingga terbenam matahari. Inilah yang akan menimbulkan rasa kepedulian sosial pada diri individu yang berpuasa. Orang yang tidak pernah merasakan lapar dan haus akan sulit memiliki rasa empati. Maka pantas ketika malaikat Jibril menawarkan kekayaan kepada Rasulullah berupa gunung emas, beliau SAW menolaknya. Kata Rasulullah, biarlah aku merasakan sehari makan dan sehari lapar. Di saat kita lapar dan haus, di sinilah kita akan sadar ternyata banyak saudara kita yang merasakan lapar dan haus yang mungkin setiap hari mereka rasakan.

Rasa lapar ini ada dua, yakni lapar biologis dan lapar psikologis. Lapar biologis bisa kita obati dengan masuknya makanan ke dalam perut kita maka rasa lapar itu akan hilang. Tapi yang lebih berbahaya itu adalah lapar psikologis, seperti lapar terhadap jabatan, lapar terhadap kekuasaan, dan lapar terhadap harta. Rasa lapar psikologis inilah yang mendorong manusia untuk melakukan hal-hal yang destruktif.

2. Orang yang puasa disuruh banyak berderma dan berbagi.

Puasa akan membentuk pribadi-pribadi yang memiliki kepedulian sosial, semangat berbagi, dan semangat memberi, bukan semangat menerima.

Nabi SAW menyebut, bulan puasa sebagai Syahr al-Muwasah atau bulan kepedulian sosial. Rasulullah SAW sendiri merupakan pribadi yang paling banyak berderma dan dalam bulan Ramadhan beliau lebih kencang lagi berderma, melebihi angin barat. (HR Hakim dari Aisyah).

3. Di akhir Ramadan, kita diperintah dan diwajibkan untuk mengeluarkan zakat fitrah.

Zakat fitrah dimaksudkankan agar saat Hari Raya semua orang merasakan kebahagiaan. Tidak hanya mereka yang kaya namun yang papa pun dapat merayakan. Tanpa zakat fitrah, pahala puasa kita belum sampai kepada Allah. Ia masih bergantung dan berputar-putar di atas langit. Di luar semua itu, puasa melatih dan mendidik kita agar menjadi   manusia bermental giver (pemberi), bukan taker (peminta-minta). Orang puasa sejatinya sedang meneladani sifat Maha Penyayang bagi Allah SWT , sejalan dengan doktrin, “Takhallaqu bi akhlaq Allah.”

 Semoga puasa kita menjadikan pribadi yang mempunyai kesalehan social. Aamiin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *